REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Presiden kelima Indonesia, Megawati Soekarno Putri dinilai dapat menjadi pemersatu dua negara yang kini terpisah, Korea Selatan dan Korea Utara.
Megawati punya modal besar untuk membuat dua Korea bersatu kembali. Modal itu adalah kedekatan emosional antara Megawati sebagai Presiden perempuan pertama Indonesia dengan Presiden Korsel, Park Geun-hye yang juga perempuan. Selain itu, hubungan darah Megawati dengan Soekarno yang memiliki kedekatan emosional dengan Presiden Korut, Kim Il Sung.
Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Hanafi Rais mengatakan, ketokohan Megawati didukung darah sang ayah (Soekarno) lebih menambah optimisme upaya penyatuan Korea. “Dalam bahasa diplomasi, Bu Mega bisa berperan sebagai ‘interlocutor international’ untuk mendorong reunifikasi Korea,” kata Hanafi pada Republika, Selasa (20/10).
Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu menambahkan, persepsi elit politik Korea Utara saat ini masih baik terhadap Bung Karno. Hal ini akan mempermudah komunikasi yang ingin dibangun Megawati dengan pemimpin Korea Utara saat ini.
Di sisi lain, Sesama pemimpin perempuan, Megawati dan Park Geun-hye diharapkan memiliki visi diplomatik sama untuk penyatuan ini. Terlebih, hal itu sudah ditunjukkan dengan diresmikannya lembaga reunifikasi oleh Korsel.
Menurut Hanafi, reunifikasi Korea tidak menginginkan adanya intervensi dari negara lain. Artinya, Megawai hadir sebagai sosok individu yang memiliki ketokohan serta memiliki hubungan sejarah yang baik karena keberadaan Soekarno.
“Bu Mega lebih pas sebagai ‘interlocutor’ yang tidak mengatasnamakan negara atau pemerintah RI untuk menjaga kharisma dan fleksibilitas beliau sebagai ‘diplomat jalur non-negara’,” kata Hanafi.