Rabu 21 Oct 2015 06:45 WIB

Barisan Relawan Jokowi Kecam Menteri ESDM Soal Freeport

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Bilal Ramadhan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Sudirman Said
Foto: Youtube
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Sudirman Said

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam masa Pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla  (Jokowi-JK) yang telah memasuki usia satu tahun meninggalkan catatan menarik bagi Barisan Relawan Jokowi Presiden (BaraJP), terutama pada persoalan energi.

Ketua Umum Barisan Relawan Jokowi Presiden (BaraJP) Sihol Manullang mengatakan, revolusi mental secara kreatif harus dimaknai sebagai sesuatu yang harus disadari oleh para menteri-menteri yang bergerak di bidang ekonomi.

Salah satunya ialah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said yang menjadi sorotan publik karena kebijakannya di sektor energi, seperti permasalahan PT Freeport Indonesia yang menimbulkan banyak polemik.

"Di sinilah para menteri harus membantu Jokowi. Negeri ini akan bangkrut jika semua menteri bertindak dan berfikir seperti "Menteri Perlindungan Freeport" Sudirman Said," katanya dalam Rembug Nasional Satu Tahun Pemerintahan Jokowi-JK: Kedaulatan Pangan, Pembangunan Energi dan Keunggulan Maritim di Waroeng Solo, Kemang, Jakarta Selatan, Selasa (20/10).

Soal Freeport, ia menilai, sejak 1967 Indonesia hanya menerima royalti 1 persen, sedangkan di berbagai negara mencapai 6-7 persen. Padahal menurutnya, di kuartal I 2015, produksi emas Freeport mencapai 225 ribu troy ons.

Sedangkan, tahun ini Freeport juga telah memproduksi 1,35 juta troy ons. Jumlah ini, adalah 93,6 produksi emas Freeport di seluruh dunia. Ia mempertanyakan, apa yang didapat masyarakat Papua.

"Masyarakat Papua dapat apa? Papua harus kita anggap sebagai kampung halaman kita sendiri. Salim Kancil di Lumajang menjadi perhatian nasional, padahal ribuan orang di Papua mengalami nasib sial yang sama. Namun, tidak menjadi opini nasional," lanjutnya.

Ibarat permainan sepakbola, ia menilai, Sudirman Said bukan hanya telah melakukan off side, melainkan juga terkena dua kartu kuning. "Pelatih sepak bola yang baik, tentu akan mempertimbangkan mengganti pemain yang sudah dua kali melakukan offside. Kepercayaan rakyat dengan sendirinya akan terbangun dengan konsistensi ucapan, rencana, janji dengan realita," katanya menegaskan.

 
 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement