Rabu 21 Oct 2015 10:20 WIB

PBB: Perempuan di Dunia Hidup Lebih Mandiri

Perempuan Bekerja. (Ilustrasi)
Foto: womendish.com
Perempuan Bekerja. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kehidupan perempuan dan anak perempuan di seluruh dunia telah meningkat di beberapa daerah selama sedikitnya 20 tahun belakangan, tapi mereka terus menjadi korban diskriminasi dan kekerasan, kata satu laporan baru PBB.

Laporan tersebut, yang dikeluarkan setelah pengesahan Sasaran Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) belum lama ini, berjudul "The World's Women 2015" dan mengangkat perspektif tajam mengenai perlunya kesetaraan gender sebagaimana dijabarkan pada Sasaran 5. Sasaran itu bertujuan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan paling lambat pada 2030.

"Kita tak bisa mencapai Agenda bagi Pembangunan Berkelanjutan 2030, tanpa hak penuh dan setara buat separuh dari penduduk dunia, secara hukum dan dalam praktik," kata Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dalam satu acara baru-baru ini mengenai kesetaraan gender, yang diselenggarakan di sisi Pertemuan Puncak Pembangunan Berkelanjutan.

Sasaran Pembangunan Berkelanjutan, yang juga dikenal sebagai agenda pembangunan pasca2015, disahkan di Markas Besar PBB, New York oleh para pemimpin dunia pada penghujung September sebagai cetak biru bagi upaya pembangunan global untuk 15 tahun ke depan.

Menurut laporan yang disiapkan Divisi Statistik Departemen Urusan Sosial dan Ekonomi PBB, perempuan hidup lebih lama, dan memperoleh manfaat dan akses yang lebih baik ke pendidikan serta lebih mandiri.

Harapan hidup secara global terus naik, dan dilaporkan mencapai usia 72 tahun buat perempuan dan 68 tahun buat lelaki. Di seluruh dunia, jumlah kematian ibu turun sampai 45 persen antara 1990 dan 2013.

Walaupun mereka terus menikah beberapa tahun lebih dini dibandingkan dengan lelaki, usia perempuan saat menikah juga telah naik, sehingga mencerminkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan belakangan memasuki usia kerja, serta peningkatan kemandirian ekonomi.

Sementara itu, pendaftaran anak ke lembaga pendidikan hampir universal saat ini. Kesenjangan gendera telah menyempit dan segera setelah mereka mendaftar di sekolah, anak perempuan memiliki penampilan lebih baik ketimbang anak lelaki di jenjang pendidikan dasar di dua pertiga negara.

Namun di beberapa negara berkembang, kesenjangan terhadap anak perempuan mencolok. Sebanyak 58 juta anak usia sekolah dasar tidak bersekolah di seluruh dunia. Lebih separuh dari mereka adalah anak perempuan dan hampir tiga perempat hidup di sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan.

Walaupun kebanyakan pemuda di dunia saat ini terpelajar, hampir dua pertiga orang dewasa yang melek huruf di dunia adalah perempuan, bagian yang tidak berubah selama sedikitnya 20 tahun.

"Jauh terlalu banyak perempuan dan anak perempuan terus mengalami diskriminasi, menjadi sasaran kekerasan, tak diberi peluang yang sama dalam bidang pendidikan dan pekerjaan, dan tak masuk ke dalam posisi jabatan serta pengambil keputusan," kata Ban.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement