Kamis 22 Oct 2015 08:56 WIB

Ganti Token Prabayar, Tagihan Listrik Melonjak Drastis

Rep: Sonia Fitri/ Red: Erik Purnama Putra
Warga mengecek meteran listrik di Rusunawa Cipinang, Jakarta, Rabu (9/9).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Warga mengecek meteran listrik di Rusunawa Cipinang, Jakarta, Rabu (9/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah seorang warga Kelurahan Serdang Kemayoran Sulis (42 tahun) mengeluhkan bengkaknya tagihan listrik, setelah memilih beralih ke sistem prabayar. Ia merupakan salah satu pelanggan Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang menggunakan daya listrik nonsubsidi sebesar 1300 VA.

"Biasanya bayar listrik Rp 300 ribu setiap bulan, setelah ganti pakai token, bayaran listrik bulanan jadi Rp 800 ribu," katanya dalam diskusi publik bertajuk 'Subsidi Listrik Tepat Sasaran untuk Warga' yang diselenggarakan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada Rabu (21/10).

Diaa mengaku jumlah tersebut mengagetkan sekaligus memberatkan. Terlebih suaminya baru saja mengalami kecelakaan sehingga saat ini tidak bisa bekerja.

Keluhan serupa dilontarkan salah satu pengurus Komunitas Perempuan di PKK Rawamangun, Ana Rusina. Setelah menggunakan fasilitas prabayar, ia menghabiskan bayaran listrik hingga Rp 800 per bulan. Padahal sebelumnya hanya Rp 450 ribu saja per bulannya.

Warga Tanjung Priok, Andi Ahmad menambahkan, selain tagihan listrik yang membengkak, ia pun mengkritik pemerintah dan PLN yang seolah-olah mewajibkan masyarakat beralih ke sistem prabayar. Bahkan, sejumlah oknum petugas PLN cenderung memaksa masyarakat mengganti sistem bayarannya. "Padahal seharusnya kita diberi pilihan, mau prabayar atau pascabayar," ujarnya.  

Menjawab hal tersebut, Kasubdit Harga dan Subsidi Listrik Direktorat Jenderal (Ditjen) Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jisman P. Hutajulu menegaskan, sama sekali tidak ada perbedaan tarif antara sistem prabayar dan pascabayar.

Dia menduga, membengkaknya tarif listrik disebabkan memang adanya kenaikan tarif dasar listrik pada 2014 lalu termasuk untuk daya 1300 VA. "Untuk itu, sudah banyak peralatan lain yang mesti dihemat, misalnya TV kalau tidak ditonton lagi, segera dimatikan," katanya.

Jisman juga meminta warga terkait memastikan tidak ada instalasi listrik yang bermasalah. Sebab barangkali membengkaknya biaya listrik disebabkan kebocoran di instalasi. Semisal ada kabel yang masuk ke tanah lalu listrik terbuang tapi penghitungan tarif tetap jalan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement