REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Kelompok advokasi internasional mengatakan, pasukan Israel telah menggunakan kekerasan yang tak proporsional terhadap anak-anak Palestina. Ini menyebabkan sedikitnya sepuluh anak-anak tewas selama kerusuhan bulan ini.
"Di tengah meningkatnya kekerasan dan lingkungan yang semakin militeristik di mana pasukan Israel dan pemukim beroperasi dengan impunitas lengkap melawan anak-anak Palestina dengan kekerasan yang tak proporsional," kata Pengacara dan Petugas Advokasi Internasional di Defence for Children International (DCI) Palestina, Brad Parker kepada Aljazirah, Kamis (22/10).
Menurut laporan United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs, antara 6 hingga 12 Oktober setidaknya 201 anak-anak Palestina terluka oleh tentara Israel atau pemukim di Tepi Barat dan Gaza.
Tak hanya melukai secara fisik. Menurut Federica D'Alessandra dari Pusat Hak Asasi Manusia di Universitas Harvard, serangan kekerasan periodik bisa meninggalkan luka psikologis mendalam pada anak-anak Palestina. "Penelitian oleh banyak ahli menunjukkan bahwa depresi, kecemasan, gangguan stres pascatrauma dan masalah psikologi umum dialami anak-anak (Palestina)," katanya.
Sejak kembali pecahnya bentrokan dengan Palestina, Israel kerap menggunakan gas air mata, granat, peluru baja lapis karet dan amunisi melawan demonstran. Perlawanan termasuk pada anak-anak Palestina.
Laporan terakhir menyatakan sedikitnya 52 warga Palestina dan delapan warga Israel tewas akibat eskalasi kekerasan.