REPUBLIKA.CO.ID, IDLIB -- Sedikitnya empat rumah sakit telah menjadi target pemboman oleh jet penyerang di wilayah Suriah sejak intervensi Rusia dimulai pada akhir September lalu.
Serangan terbaru terjadi pada Selasa lalu, yang menewaskan 12 orang di Rumah Sakit Sarmin, Provinsi Idlib. Tiga korban diantaranya diyakini sebagai petugas medis. Korban selamat dan saksi mata mengatakan rumah sakit tersebut mendapat dua serangan udara.
Direktur Rumah Sakit Sarmin, Mohamed Tennari mengatakan fasilitas tersebut tampaknya ditarget secara langsung dan tidak bisa lagi melayani pasien di salah satu wilayah garis depan perang.
Menurutnya, rumah sakit telah menjadi target sedikitnya 10 serangan udara dalam konflik tersebut. Selama perang, organisasi medis internasional sudah berulangkali menyebut bahwa fasilitas medis di wilayah oposisi ditarget secara sistematis.
Organisasi hak asasi kedokteran mengatakan pihaknya telah mendokumentasikan 313 serangan di fasilitas medis dan 679 kematian anggota medis di Suriah sejak adanya perang melawan rezim Bashar al-Assad dimulai pada Maret 2011 hingga akhir Agustus 2015.
"Pasukan pemerintah Suriah bertanggungjawab untuk lebih dari 90 persen dari serangan ini," ujar organisasi tersebut seperti dilansir the guardian, Kamis (22/10).
Serangan terbaru terjadi kurang dari dua pekan setelah AS menyerang sebuah rumah sakit di Kunduz Afganistan yang menewaskan 22 orang, dan 12 orang diantaranya merupakan petugas medis. Serangan itu mendapat kritikan keras dan memaksa pejabat senior AS minta maaf.
"Seluruh dunia menunjukkan kemarahannya seperti yang mereka lakukan dengan apa yang terjadi di Afganistan. Kemarahan seharusnya tidak hanya ditujukan kepada Bashar, yang tidak manusiawi ke kita, tapi juga ke Rusia, yang juga sama buruknya, tapi juga lebih akurat dalam menarget," ungkap direktur lokal Medical Relief di Suriah, Khaled Almilaji.
Rusia mengintensifkan serangan udara di sekitar Hama dan Idlib, dimana kelompok yang mendapat dukungan AS menang melawan pasukan Suriah di beberapa bulan terakhir.