Sabtu 24 Oct 2015 11:43 WIB

Kabut Asap, Setengah Juta Jiwa Menderita ISPA

Rep: c93/ Red: Muhammad Subarkah
Foto udara kebakaran hutan di Kabupaten Lahat diambil dari Helikopter MI8 milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Lahat, Sumatera Selatan, Jumat (18/9).
Foto: Antara/Nova Wahyudi
Foto udara kebakaran hutan di Kabupaten Lahat diambil dari Helikopter MI8 milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Lahat, Sumatera Selatan, Jumat (18/9).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sebaran asap di Sumatera dan Kalimantan masih meluas. Bahkan asap telah menyebabkan kualitas udara negara tetangga seperti di Filipina, Malaysia dan Singapore menurun. BMKG melaporkan, pantauan satelit Himawari menunjukkan asap tipis-sedang menutup Laut Jawa dan sebagian Jakarta tersapu asap tipis.

Kepala Pusat Data Informasi BMKG, Sutopo Purwo Nugroho memaparkan, bencana asap telah menyebabkan 503.874 jiwa sakit ISPA‎ di 6 provinsi sejak 1 Juli-23 Oktober 2015. Jumlah masing-masing provinsi adalah 80.263 jiwa di Riau, 129.229 jiwa di Jambi, 101.333 jiwa di Sumsel, 43.477 jiwa di Kalbar, 52.142 jiwa di Kalteng dan 97.430 jiwa di Kalsel.

"Kemungkinan jumlah penderita yang sebenarnya lebih daripada itu karena sebagian masyarakat sakit tidak berobat ke Puskesmas atau rumah sakit. Mereka berobat mandiri sehingga tidak tercatat," kata Sutopo, pada siaran pers yang diterima Republika, Sabtu (24/10).

Sutopo melanjutkan, dampak asap akibat karhutla juga telah menyebabkan 10 orang meninggal dunia di Sumatera dan Kalimantan, baik terdampak langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung adalah korban yang meninggal saat memadamkan api lalu ikut terbakar, sedangkan tidak langsung adalah korban yang sakit akibat asap, atau sebelumnya sudah punya riwayat sakit lalu adanya asap memperparah sakitnya.

"10 korban tewas ini di luar dari korban 7 orang meninggal dan 2 orang kritis saat mendaki G. Lawu kemudian terkepung karhutla dan akhirnya terbakar di Kab Magetan, Jawa Timur pada (18/10)," tambah Sutopo.

Tak banya itu, lebih dari 43 juta jiwa penduduk terpapar oleh asap. Data ini hanya dihitung di Sumatera dan Kalimantan. Data ini dianalisis dari peta sebaran asap dengan peta jumlah penduduk.

Menurut Sutopo, bencana asap dari karhutla adalah bencana buatan manusia karena 99 persen penyebab karhutla adalah disengaja. Ini adalah kejahatan kemanusiaan yang luar biasa.

"Sekarang saatnya kita tidak saling menyalahkan tapi bagaimana mengatasinya secara cepat. Dengan skala kebakaran yang demikian luas tidak mungkin 1-2 minggu ke depan akan padam. Tapi semua ikhtiar kita lakukan bersama," ucap Sutopo.

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement