REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lianus Laia, anak pertama dari tujuh bersaudara ini telah memutuskan untuk memeluk Islam sejak 14 Januari 2002 yang lalu di masjid Istiqomah, Perawang Riau. Ia kemudian mengganti nama menjadi Abdul Aziz Laia.
Kegundahan hati terhadap agama lamanyalah yang mendorong Laia untuk berhijrah dari agama Protestan dan memeluk Islam. “Saya waktu itu, ragu terhadap ketuhanan Yesus, sehingga mendorong saya untuk mempelajari Alquran melalui kaset-kaset ceramah yang saya dengarkan. Apalagi ketika itu, saya sering mendengarkan ayat-ayat Alquran yang diperdengarkan melalui kaset-kaset mengaji yang sengaja diputar menjelang maghrib oleh pengurus masjid," kata dia.
Saat itu, Dia mendengarkan Surat Ali Imran, Al-Maidah, dan Maryam. "Inilah yang mendorong keinginan saya untuk mengetahui siapa sebenarnya Isa yang disebutkan dalam surat Maryam, dan siapa pula Muhammad.”, ujar ayah dua orang anak ini.
Pengalaman hijrah agama yang dialami oleh Laia mendorongnya untuk mengajak ayah dan adik-adiknya agar mau menerima Islam dan memeluk agama tersebut. Ia menyadari bahwa mengajak keluarga untuk berpindah agama bukanlah hal yang mudah. Terlebih lagi ia sempat dianiaya, dan dipaksa untuk kembali memeluk agama lamanya sebelum akhirnya diusir dan memutuskan berhijrah ke Jakarta.
Akan tetapi, tekad dan semangat yang dimilikinya amatlah kuat. Sempat menuntut ilmu di pesantren umum, namun akhirnya ia memutuskan untuk mondok dan belajar di pesantren khusus, yakni Pesantren Pembinaan Mualaf Yayasan Annaba Center Indonesia.
Pada pesantren inilah, kemampuannya diasah hingga ia berhasil menjadi seorang ustadz dan kemudian getol mendakwahi keluarganya sampai berhasil mengajak mereka masuk agama Islam.
Pengorbanan dan perjuangan dakwah yang dilakukan oleh Laia tidaklah sebentar. Butuh waktu lima tahun untuk bisa meyakinkan keluarganya itu. Hasilnya, “Alhamdulillah, keluarga saya banyak yang masuk Islam. Diawali oleh adik saya Adimani Laia, Aguslawati Laia, Serius Matias Halawa, ayah saya Faigimano Laia, Kasiria Laia, dan Jokowi Laia," ungkapnya.
Menurutnya, mereka semua masuk Islam tanpa merasa terpaksa, dan mereka merasa Islam adalah satu-satunya kebenaran, sehingga setelah berpindah agama, mereka dengan tekad yang bulat akan menuntut ilmu. "Saya akan memperjuangkan mereka sebagai konsekuensi dakwah saya. Ini saya lakukan karena begitu banyak para muallaf yang memutuskan untuk memeluk Islam, tapi tidak mendapat pembinaan. Bersama pak Kiai Nababan, insyaAllah kami akan memperjaungkan nasib para muallaf agar mendapatkan pemahaman agama yang baik, insyaAllah.”, tutupnya.
Pimpinan Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia, KH. Syamsul Arifin Nababan, mengemukakan apresiasi dan bangganya kepada Abdul Aziz yang telah berhasil mengajak keluarganya untuk memeluk Islam.
“Syukur Alhamdulillah. Abdul Aziz telah berhasil mengajak keluarganya untuk memeluk Islam. Ia adalah salah satu santri kita yang telah menjadi ustaz, yang gigih memperjuangkan nasib akidah keluarganya. Masih banyak santri-santri Annaba yang lain yang bernasib sama dengannya dulu, yakni keluarganya belum mau menerima Islam. Saya sebagai pengasuh sekaligus orang tua mereka di sini, berkeyakinan bahwa nantinya mereka akan bisa mengajak keluarga mereka untuk memeluk Islam," kata dia.
"Saya yakin, karena Allah Swt. pasti akan memberikan hidayah pada orang yang berusaha mengajak orang lain, lebih lagi keluarganya untuk memeluk Islam. Dan hidayah yang didapatkan oleh pedakwah itu, inysaAllah akan memancar bagi yang didakwahi, seperti cahaya lampu yang tidak hanya menerangi jalan orang memegangnya, tetapi juga menerangi orang yang berada disekitarnya.”, doa pak Kiai bagi para santri.