Senin 26 Oct 2015 16:28 WIB

Muslim Malawi tak Lagi Merasa Malu

Rep: c35/ Red: Agung Sasongko
Muslim Malawi
Foto: malawivoice.com
Muslim Malawi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Islam adalah agama yang pertama kali disebarkan di Malawi. Meski demikian, Islam hanya menjadi agama terbesar kedua di negara yang terletak di daratan Afrika bagian selatan itu.

Dari total penduduk sebanyak 14 juta jiwa, warga Muslim tercatat mencapai 12 persen. Angka berbeda disajikan oleh Asosiasi Muslim Malawi (MAM) yang menyebut populasi Muslim di negeri itu mencapai 36 persen.

Terbatasnya akses pendidikan dan adanya diskriminasi diyakini menjadi penghambat perkembangan Islam di negeri ini. "Selama bertahun-tahun misionaris memengaruhi sekolah-sekolah di Malawi sehingga penduduk Muslim tertekan. Mereka tidak diizinkan mendaftar di lembaga-lembaga pendidikan tersebut kecuali jika mereka bersedia murtad dan memeluk Kristen," ujar Dr Imran Shareef, salah satu cendekiawan Muslim di Malawi.

Tentu saja, mereka tak mau murtad. Akibatnya, orang-orang yang teguh pada iman Islamnya ini memilih berdiam diri di rumah. Tentu hal ini menjadi ujian yang tidak ringan bagi Muslim Malawi.

Shareef menjelaskan, Islam pertama kali hadir di Malawi sekitar 1800-an. Adalah para pedagang dari Arab yang membawa Islam ke negeri ini. Kala itu, melalui aktivitas dagang, para saudagar Arab melanglang buana ke seluruh penjuru Afrika.

Pada 1892, Malawi menjadi jajahan Inggris. Hal ini membuka peluang bagi para misionaris Inggris untuk datang ke Malawi dan menyebarkan agama Kristen. Kehadiran kaum misionaris menjadi pukulan telak bagi kaum Muslimin. Hari-hari suram mulai mendera. Mereka dihina sebagai kaum terbelakang dan tidak berpendidikan. Hal inilah, kata Shareef, yang menjadi penghambat pertumbuhan Islam di Malawi kala itu.

Seiring waktu berjalan, keadaan pun berubah. Islam mulai mendapat peluang untuk tumbuh. Hal itu terjadi sejak ada upaya keras dari beberapa organisasi Islam lokal dan internasional. Berkat upaya keras mereka, tren Kristenisasi pun melambat. Sebaliknya, Islam mengalami perkembangan pesat, utamanya di sektor pendidikan.

"Munculnya organisasi-organisasi itu telah membantu meningkatkan citra Islam dan Muslim di Malawi. Muslim sekarang dapat mengakses pendidikan dengan mudah tanpa ada hambatan," kata Shareef.

Pada saat yang sama, bermunculan pula intelektual-intelektual Muslim yang sangat berperan dalam mempercepat pertumbuhan Islam di Malawi. Mereka juga berkontribusi besar dalam perkembangan sosial-ekonomi warga Muslim. Kini, kata Shareef, umat Islam bersaing ketat dengan kaum Nasrani dalam hal kemajuan generasi.

Berdiri pula Lembaga Zakat Malawi (IZF) yang menyediakan beasiswa pendidikan lokal dan internasional bagi penduduk Muslim yang kurang mampu. "Kami telah memberikan beasiswa kepada anak-anak dari komunitas Muslim yang miskin agar mereka dapat mengenyam setidaknya pendidikan dasar," kata Direktur IZF, Muhammad Osman.

Dia menambahkan, beasiswa yang diberikan juga termasuk beasiswa pendidikan tinggi ke luar negeri. Inisiatif ini telah mengubah wajah komunitas Muslim di Malawi menjadi masyarakat yang tercerahkan.

"Muslim tidak lagi merasa malu. Mereka sekarang dapat berjalan tegak dan merasa bangga dengan iman mereka. Islam telah menjadi sumber kehormatan dan kebanggaan."

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement