REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Kelompok pemberontak Kolombia tewaskan 12 pasukan pemerintah selama berlangsungnya pemilu regional, Senin (26/10). Tiga tentara lainnya terluka dan enam dinyatakan hilang.
Pasukan pemerintah diserang kelompok National Liberation Army (ELN) ketika mendistribusikan surat suara pemilu ke ibu kota, Bogota. Menteri Pertahanan Kolombia, Luis Carlos Villegas mengatakan mereka dieksekusi di Boyaca yang merupakan perbatasan Kolombia dengan Venezuela.
ELN dilaporkan menggunakan senapan dan perangkat ledak untuk menyerang karavan personil yang membawa 130 surat suara. Presiden Kolombia Juan Manuel Santos mengatakan militer akan melakukan serangan balasan atas insiden tersebut.
"Insiden ini menunjukan ELN tidak mengerti sekarang saatnya untuk berdamai, bukan perang," kata Santos.
Menurutnya, aksi serangan ELN tidak akan memberi mereka ruang atau kekuatan dalam setiap negosiasi penting.
Sejak 2012, pemerintah mengupayakan negosiasi dengan faksi-faksi pemberontak, termasuk Revolutionary Armed Forces of Colombia (FARC) yang merupakan kelompok ekstrem kiri terbesar di Kolombia.
Awal bulan ini, pemerintah dan pemimpin FARC mengumumkan kerja sama satu sama lain untuk mengembalikan perdamaian negara.