REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Maskapai berbiaya murah (LCC) Citilink Indonesia meraih total keuntungan bersih sebesar 5,9 juta dolar AS atau setara Rp 79,6 miliar, naik 149 persen sampai dengan kuartal ketiga 2015 dibanding periode yang sama di tahun lalu.
President dan CEO Citilink Indonesia Albert Burhan mengatakan, keuntungan yang diraih perusahaan bukanlah hal yang mudah, terlebih bila melihat situasi sepanjang 2015 yang mengalami perlambatan ekonomi global, pelemahan rupiah, serta serangkaian bencana alam yang sangat mempengaruhi kinerja perusahaan. Strategi yang dilakukan antara lain, mengutamakan keunggulan produk, menghindari perang tarif, serta efisiensi di segala bidang.
"Tahun 2015, Citilink mampu mencatat keuntungan pada tiap kuartalnya, walau sempat mengalami tekanan low season yang cukup memberatkan di kuartal satu dan kuartal dua tahun ini," kata Albert Burhan, dalam keterangan resmi, Selasa (26/10).
Sampai dengan kuartal tiga 2015, Citilink Indonesia berhasil meningkatkan kinerja keuangan dari yang sebelumnya merugi sebesar 12,1 juta dolar AS di periode yang sama pada 2014 menjadi untung sebesar 5,9 juta dolar AS. Sementara total pendapatan meningkat 22 persen menjadi 351,7 juta dolar AS, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 287,8 juta dolar AS. Laba operasional naik 212 persen menjadi Rp 12,6 juta dolar AS dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Saat ini Citilink mengoperasikan 36 pesawat Airbus A320 dengan frekuensi penerbangan bertambah rata-rata 25 persen yang mencakup 25 kota tujuan di Indonesia. Sementara itu, jumlah penumpang yang diterbangkan Citilink sejak Januari hingga September 2015 sebanyak 6,9 juta penumpang atau naik 30 persen dari periode sama pada 2014. Citilink meningkatkan tingkat isian penumpang (SLF) menjadi 81,5 persen pada 2015 dibandingkan SLF periode yang sama tahun 2014 sebesar 79,0 persen.
Citilink berharap di akhir tahun mampu meraih keuntungan yang lebih besar dari target keuntungan yang telah ditetapkan. "Keuntungan itu akan digunakan untuk melanjutkan ekspansi bisnis sebagai upaya meningkatkan daya saing di era global dan pertarungan bisnis yang akan kian sengit tahun mendatang," ucap Albert.