REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- KPK mencocokkan contoh suara anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Hanura Dewie Yasin Limpo yang menjadi tersangka dugaan penerima suap terkait proyek pembangkit listrik tenaga mikrohiduro (PLTHMH) di kabupaten Deiyai Papua tahun anggaran 2016.
"DYL (Dewie Yasin Limpo) hari ini bukan diperiksa, dia datang untuk pengambilan sample suara dan foto," kata pelaksana harian (Plh) Kepala Biro Humas KPK Yuyuk Andriati, Selasa (27/10).
Selain mengambil contoh suara Dewie, KPK juga memeriksa sekretaris pribadinya bernama Rinelda Bandaso dan Kepala Dinas ESDM Deiyai, Irenius Adi.
"RB (Rinelda Bandaso) dan IR (Irenius) diperiksa sebagai saksi untuk tersangka DYL," tambah Yuyuk.
Sedangkan Dewie di ruang tunggu bertemu dengan keluarga yang sengaja menunggunya karena Dewie masih dalam masa pengenalan, pengamatan, penelitian lingkungan (matenlani) di Rumah Tahanan (Rutan) Pondok Bambu.
"Ketemu anak, ya nangis lah," kata Dewie sambil terisak.
Dewi Yasin Limpo ditangkap dalam Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh petugas KPK di bandara Soekarno Hatta, Tangerang. Dewi beserta asistennya Bambang Wahyu Hadi dan sekretaris pribadinya bernama Rinelda Bandaso diduga menerima suap dari pengusaha PT Abdi Bumi Cendrawasih bernama Setiadi dan Kepala Dinas ESDM Deiyai bernama Irenius Adi. Setiadi dan Irenius ditangkap petugas KPK di satu rumah makan di kawasan Kelapa Gading Jakarta Utara.
Suap diberikan untuk memuluskan proyek PLTMH yang bernilai sekitar Rp50 miliar rupiah agar masuk di APBN 2016. Saat penangkapan ditemukan uang 177.700 dolar Singapura yang merupakan bagian pemberian pertama sebesar 50 persen dari nilai commitment fee.
Bambang, menurut KPK berperan aktif seolah-olah mewakili Dewie dengan Rienelda untuk menentukan nilai komitmen sebesar 7 persen dari total proyek. Proyek itu merupakan bagian dari proyek unggulan pemerintah untuk membangun pembangkit listrik 35 ribu megawatt (MW) yang diluncurkan pada 4 Mei lalu.