REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kelompok muda baik laki-laki maupun perempuan masih menjadi sasaran empuk rekrutmen teroris di Indonesia. Bahkan anak-anak sekolah juga mulai direkrut kelompok teroris untuk menjadi kadernya.
"Kelompok pemuda masih jadi sasaran utama rekrutmen kelompok terorisme ini. Kalau kita lihat dari awalnya, mereka mengambil cara pengajian, kekeluargaan, keturunan dan pertemanan tapi sekarang rekrutmen marak melalui sosial media," ujar Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Saud Usman Nasution di Yogyakarta, Selasa (27/10).
Menurut Saud Usman, banyak pemuda yang belajar secara mandiri merakit bom melalui media sosial. "Sehingga kepada semua pemuda dan anak-anak kalau hanya memiliki pemahaman agama yang dangkal maka membaca informasi di internet terkait paham negatif (terorisme) akan mudah terpengaruh," katanya.
Dia mengatakan, BNPT sendiri beker jasama dengan Kementrian Kominfo terus memantau perkembangan penyebaran paham negatif ini di internet. Situs-situs yang mengarah ke faham-faham radikal, sara dan menyebarkan kejahatan serta ancaman akan diblokir oleh kementrian tersebut.
Terkait pencegahan paham radikal agar tidak masuk di kalangan pemuda, BNPT menggelar beberapa kegiatan di Yogyakarta. Kegiatan ini berupa workshop hingga gelar budaya. Acara pencegahan terorisme melalui budaya ini di gelar dua hari di Yogya, pada 28 dan 29 Oktober mendatang.
"Kita manfaatkan momentum sumpah pemuda, agar kalangan pemuda tidak terpengaruh kelompok radikal," katanya.
Melalui acara tersebut, dia berharap ada gerakan terpadu dan berkesinambungan melawan dan menangkal paham radikal. Acara ini akan dihadiri kelompok dan elemen penmuda dari seluruh daerah di Indonesia.