REPUBLIKA.CO.ID, KLATEN -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Klaten, Jateng, memprediksi bencana kekeringan di wilayah setempat akan lebih panjang. Status Darurat Kekeringan diperkirakan hingga awal 2016.
Perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta hujan turun pada Oktober. Namun, hingga penanggalan Oktober nyaris habis, juga belum ada tanda-tanda hujan turun. Hujan kemudian diperkirakan turun pada November-Desember.
Meski demikian, BPBD Kabupaten Klaten memprediksi tahun depan masih menyandang status darurat kekeringan. ''Saat ini, hingga awal 2016 diperkirakan masih melakukan droping air bersih ke warga pemukim lereng Gunung Merapi,'' kata Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Klaten, Eko Pambudi, Rabu (28/10).
Menurut Eko, penyaluran air bersih pada musim kemarau tahun ini yang lebih panjang dari tahun sebelumnya. ''Yang jelas, BPBD Kabupaten Klaten memprediksi tahun depan (2016) masih menyandang status darurat kekeringan,'' tegasnya.
Bencana krisis air yang dialami warga lereng Gunung Merapi, menurut Eko, cukup panjang. Di atas kawasan Merapi tidak ada sumber air. Kalaupun ada debitnya sangat sedikit. BPBD menerahkan empat truk tangki untuk penyaluran air. Dalam sehari, satu truk bisa beroperasi ke empat lokasi.
Status darurat kekeringan yang disandang Kabupaten Klaten dua tahun terakhir, membuat BPBD merencanakan program pipanisasi dan pembuatan sumur air. Hal itu menyusul kucuran dana siap pakai dari BNPB Rp 500 juta.
Selain itu, melalui dana siap pakai dari APBD Perubahan Klaten 2015 Rp 389 juta. Dana Rp 150 juta diantaranya digunakan pipanisasi. Dana siap pakai dari APBD murni Rp 111 juta sudah habis digunakan menanggulangi banjir, serta tanah longsor awal tahun ini.
Kabupaten Klaten merupakan salah satu kabupaten/kota di Jawa Tengah yang berstatus darurat kekeringan. Adapun status ditetapkan di Klaten selama dua tahun berturut-turut (2014-2015).