REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) mengatakan, Iran akan diundang untuk berpartisipasi dalam pembicaraan konflik Suriah di Wina, Austria, Jumat (30/10).
Menurut Departemen Luar Negeri AS, Selasa (27/10), Iran merupakan sekutu utama Suriah sehingga dapat diajak dalam pembicaraan. Pembicaraan ini rencananya akan dihadiri oleh Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan menteri luar negeri Rusia Sergey Lavrov bersama dengan diplomat Arab dan Eropa.
"Undangan disampaikan ke Iran untuk berpartisipasi, saya pikir para pemimpin Iran bisa ambil bagian untuk membahas masalah ini. Ini berarti pembicaraan itu adalah undangan multilateral," kata juru bicara Departemen luar negeri AS John Kirby seperti dikutip dari laman Aljazirah, Rabu (28/10).
Tujuan dari pembicaraan ini, menurut Kirby, adalah untuk memulai pembahasan kerangka kerja pembentukan transisi politik untuk mengakhiri perang dan membuka jalan keluar bagi Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Meski belum tahu apakah Iran akan menerima undangannya, kata dia, tetapi Teheran bisa menghadirinya. Selama ini, upaya diplomatik untuk mengakhiri perang sipil menemui jalan buntu.
Rusia dan Iran bersatu berkoalisi Assad, sedangkan AS dan sekutu seperti Arab Saudi bersikeras Assad harus mundur. Iran telah menghabiskan miliaran dolar AS dalam empat tahun terakhir untuk menjaga rezim Assad berkuasa.
‘’Sekitar 2.000 tentara Iran berada di Suriah dan Irak membantu pemerintah di Damaskus dan Baghdad,’’ kata seorang perwira militer AS.