REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ahli komunikasi dari Universitas Erfurt, Prof. Kai Hafez dan Sabrina Schmidt, membeberkan hasil riset terkait persepsi masyarakat Eropa terhadap Islam. Berdasarkan hasil riset berjudul “The Image of Islam in Germany: Public Perception and the Media” tersebut, sebagian besar masyarakat Eropa umumnya membenci Islam.
''Sebanyak 50-60 persen responden merasa terancam oleh Islam,'' kata Hafez dalam seminar internasional tentang 'citra Islam dalam media' di Bandung pada Rabu (28/10).
Hafez mengatakan hanya kelompok umur 16-24 tahun yang relatif lebih toleran, 38,4% berpersepsi positif terhadap Islam dan 37,6% berpersepsi negatif. Sementara, responden yang lebih tua pada umumnya membenci Islam. Toleransi responden terhadap Islam berbanding lurus dengan tingkat pendidikan.
Persepsi negatif itu juga terbukti ketika responden diminta membandingkan Islam dengan agama lainnya. Islam kalah menarik dibandingkan dengan ajaran Kristen, Budha, Hindu, bahkan dibanding dengan atheisme. ''Sebanyak 95% warga Jerman tidak tahu bahwa Yesus (Nabi Isa) adalah salah seorang nabi bagi umat Islam,'' katanya dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Sementara Guru Besar Ilmu Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati, Prof. Asep S Muhdadi, meyakinkan bahwa Islam bukanlah ancaman. Hanya sebagian kecil muslim yang radikal. Namun, akibat pemberitaan yang gencar, mereka terasa menakutkan.
Prof. Hafez pun sependapat sehingga menganjurkan rekayasa sosial agar terjadi perubahan budaya yang signifikan. Memang berat mengubah kultur curiga yang mengendap ribuan tahun, namun upaya ini harus dilakukan demi dunia yang lebih baik.
Acara seminar ini terselenggara berkat kerjasama antara Universitas Erfurt (Jerman), Universitas Padjadjaran dan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati. Hadir dalam seminar ini 13 mahasiswa Erfurt beserta 3 dosennya. Hadir pula para dosen dan mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD serta lebih dari seratus civitas akademika Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati.
''Kerjasama antaruniversitas ini sangat penting untuk meningkatkan mutu akademik. Fikom UNPAD telah dan akan terus menjalin kerjasama internasional selaras dengan tujuan UNPAD menjadi universitas kelas dunia,'' kata Dekan Fikom UNPAD, Prof. Deddy Mulyana.
UIN Sunan Gunung Djati pun mengajak delegasi Universitas Erfurt untuk menjalin kerjasama penelitian, publikasi ilmiah, dan pertukaran dosen. Upaya ini dipercaya dapat meningkatkan rasa saling percaya di kalangan akademik, kemudian meluas ke kalangan masyarakat umum.