REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Presiden Kolombia Juan Manuel Santos pada Rabu (28/10) mengatakan ia akan menerima usul dari kelompok gerilyawan Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) untuk mencapai gencatan senjata bilateral mulai 1 Januari.
"FARC dan pemerintah telah sepakat mengerjakan semua yang mungkin guna menandatangani kesepakatan perdamaian sebelum 23 Maret," kata Santos di dalam pidato di Istana Presiden.
Santos mengatakan tahap kelima di meja perundingan ialah untuk bisa menandatangani kesepakatan gencatan senjata bilateral yang dipantau internasional dan berlaku mulai 1 Januari.
Usul tersebut diajukan pemimpin FARC Rodrigo Londono Echeverri.
"Marilah kita membuat upaya untuk memastikan sampai 31 Desember, kami dapat menyelesaikan pasal agenda kelima dan mengakhiri konflik," ia menambahkan.
Santos juga mengatakan satu delegasi Kongres akan mengunjungi Havana, Kuba, pekan ini untuk memberitahu pemberontak mengenai prosedur legislatif yang akan dilancarkan sehubungan dengan proses perdamaian.
Pemerintah Kolombia memasuki pembicaraan perdamaian dengan FARC, yang didirikan pada 1964 sebagai akibat dari pemberontakan petani, di Havana, Kuba hampir tiga tahun lalu.
Selama lebih dari 50 tahun, sebanyak 220 ribu orang telah tewas dan lebih dari enam juta orang lagi kehilangan tempat tinggal dalam konflik di negara Amerika Selatan tersebut.