Kamis 29 Oct 2015 22:21 WIB

Kelompok Radikal Israel Serukan Ambil Alih Al-Aqsa dari Muslim

Polisi Israel mengambil posisi di atap al-Aqsa selama bentrokan dengan warga Palestina di Kota Tua Yerusalem.
Foto: REUTERS / Amir Cohen
Polisi Israel mengambil posisi di atap al-Aqsa selama bentrokan dengan warga Palestina di Kota Tua Yerusalem.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Kelompok sayap kanan menyerukan agar pemimpin Israel mengambil alih Masjid Al-Aqsa dari tangan umat Islam.  Berbicara di saluran televisi Israel Channel 2 Raphael Morris, kepala gerakan Pengembalian Bukit Kuil atau Temple Mount menuding otoritas Israel telah menerapkan aturan bengis terhadap Yahudi Israel.

"Kami tidak ditakdirkan untuk membuat situasi ini memburuk,: ujarnya. "Kita harus bertindak tidak hanya untuk mengubah pergeseran ini, namun lebih jauh kami ingin hak Yahudi atas kuil itu yakni beribadah."

Seperti dikutip Aljazirah, grup Facebook kelompok itu berisi tentang seruan penghancuran Masjid Al-Aqsa dan membangun kuil Yahudi di sana.  Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu baru-baru ini membatasi dengan ketat baik warga Yahudi maupun Palestina yang hendak ke komplek suci itu. Keputusan ini diambil untuk mengatasi kericuhan di wilayah pendudukan yang sudah berlangsung berpekan-pekan.

Bagi Yahudi, kompleks suci Masjid Al-Aqsa merupakan kuil suci mereka yang kerap disebut Bukit Kuil.  Di sana berdiri Kuil Sulaiman.

Selama ini warga Yahudi boleh berkunjung ke sana namun dengan catatan tidak boleh beribadah. Pelaksanaan ibadah di kompleks itu hanya boleh dilakukan oleh Muslim.   

Ketegangan di wilayah pendudukan Jalur Gaza dan Tepi Barat tak terlepas dari aksi penodaan aparat Israel terhadap situs suci itu. Lebih dari 60 warga Palestina terbunuh sejak awal Oktober. Ribuan warga Palestina terluka, dan lebih dari 1.000 lainnya ditahan. Sebelumnya wakil menteri luar negeri Israel juga memiliki impian untuk mengibarkan bendera Israel di Al-Aqsa.

sumber : Aljazirah
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement