REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Kelompok sayap kanan Yahudi mendorong agar kehadiran Israel di kompleks masjid Al Aqsa meningkat. Pemimpin politik dan kelompok kanan menyerukan Isael untuk melakukan kendali terhadap kompleks masjid tersebut.
Sementara pemerintah Israel mengambil langkah-langkah keras untuk memadamkan kerusuhan Palestina yang sedang berlangsung.
Returning to the Mount, sebuah organisasi Zionis sayap kanan garis keras pekan ini mengumumkan bahwa mereka akan membayar dua ribu shekel atau 516 dolar AS untuk Yahudi-Israel yang bertahan sambil berdoa di kompleks Masjid Al-Aqsa, tempat suci ketiga bagi umat Islam. Meski secara resmi dilarang berdoa di sana, aktivis Israel menikmati pengawalan polisi ketika mereka menjelajah kompleks.
Kepala Returning to the Mount, Raphael Morris menuduh pemerintah Israel memaksakan pembatasan kejam terhadap Israel Yahudi."Kami tidak siap (untuk membiarkan) situasi memburuk," katanya dilansir Al Jazirah, Kamis (29/10).
Untuk itu, ia mengaku pihaknya harus bertindak untuk penambahan hak bagi orang Yahudi di sana, terutama untuk berdoa.
Kelompok Facebook penuh dengan unggahan seruan kepada Israel untuk menghancurkan Masjid Al-Aqsa dan membangun sebuah kuil Yahudi di tempat tersebut.
Anggota Partai Perdana Menteri Benjamin Netanyahu Likuid Ultra Nasionalis, Deputi Menteri Israel Tzipi Hotovely menyebut kompleks Masjid Al-Aqsa sebagai pusat kedaulatan Israel. "Ini adalah mimpi saya untuk melihat bendera Israel terbang di atas Al-Aqsa," katanya.