REPUBLIKA.CO.ID, SINGARAJA -- Kalangan petani di Desa Kalianget, Kabupaten Buleleng, Bali membudidayakan anggur jenis lokal dengan tingkat produktivitas cukup tinggi. Anggur ini pun diminati para pelaku usaha dan masyarakat Pulau Dewata.
"Kami membudidayakan jenis anggur lokal Banjar, sangat diminati berbagai kalangan baik untuk bahan industri minuman maupun konsumsi sehari hari," kata Nengah Supadma di desa setempat, Sabtu (31/10).
Ia memaparkan, ketika musim kemarau, tanaman anggur berbuah lebat, sehingga memberi pendapatan lebih kalangan petani di daerah perkebunan yang berdekatan dengan Pantai Utara Pulau Dewata itu.
Ia mengatakan, kalangan petani memelihara tanaman anggur di atas lahan seluas satu hektare hingga 10 hektare. "Rata rata petani memiliki lahan seluas itu," ujarnya.
Supadma menjelaskan, lahan yang cukup luas ini memberi kesempatan pertumbuhan buah anggur menjadi lebih banyak, dibandingkan lahan sempit mengingat tanaman anggur terkena penyakit hama menjadi lebih mudah dibersihkan.
"Proses penanaman hingga panen berjarak tiga bulan dimana tahun ini pembibitan dimulai sejak Juli dan mulai proses panen Oktober ini," ungkapnya.
Ia memaparkan, untuk menjaga tanaman anggur tumbuh sehat, perlu diberikan pupuk kimia dan pupuk kandang, "Yang sering dipakai pupuk kandang untuk meningkatkan daya tumbuh tanaman," kata dia.
Menurutnya, pertumbuhan tanaman anggur menjadi pemasukan ekonomi warga di Desa Kalianget. "Sejak puluhan tahun anggur menjadi maskot dan sumber penghidupan masyarakat di saat mendekati musim kemarau," katanya.
Ia menambahkan, harga anggur di pasaran mencapai Rp 7.000 hingga Rp 7.500 per kilogram. "Harga rata rata segitu, jika masuk pasar modern harganya lebih mahal," kata dia.
Selain itu, kata dia, permintaan anggur asal Desa Kalianget meningkat di pasaran, dilihat dari segi kualitas dan rasa manis menggugah selera. "Anggur yang hitam pekat dipilih dikirim ke gudang pengepul," katanya.