Sabtu 31 Oct 2015 23:23 WIB

Kualitas Udara Sampit Kembali Berstatus Baik

Asap pekat tampak di atas Sungai Mentaya, Sampit, Kalteng.
Foto: AP
Asap pekat tampak di atas Sungai Mentaya, Sampit, Kalteng.

REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT -- Kualitas udara Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, yang sempat bertatus sangat berbahaya beberapa hari lalu, kini kembali masuk kategori baik.

"Indeks standar pencemaran udara tanggal 30 dan 31 Oktober sebesar 27,06 ugh/Nm3, pm 10 dengan kategori baik," kata Kepala Badan Lingkungan Hidup Kotawaringin Timur, Suparman di Sampit, Sabtu (31/10).

Saat terjadi kabut asap sangat pekat, kualitas udara Sampit sempat masuk kategori di atas atau sangat berbahaya. Kadar pencemaran udara bahkan sempat menjangkau di atas 900 yang berarti hampir tiga kali lipat batas kategori berbahaya.

Kondisi itulah yang saat itu menjadi pertimbangan Dinas Pendidikan sehingga beberapa kali memperpanjang libur sekolah untuk menghindarkan siswa dari penyakit akibat asap.

Dengan angka indeks standar pencemaran udara saat ini yang hanya pada angka puluhan, kemungkinan sekolah akan kembali aktif mulai awal pekan ini.

"Alhamdulillah asap sudah tidak ada lagi dan udara kembali terasa segar. Kalau seperti ini, kita sebagai orang tua tentu tidak waswas lagi membiarkan anak sekolah seperti biasa," kata Rani, seorang orang tua siswa.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Bandara Haji Asan Sampit, menyebutkan, cuaca Sampit dan sekitarnya pada Minggu (1/11) diprediksi cerah berawan. Jarak pandang antara 500 hingga 5.000 meter. Suhu 23 sampai 30 derajat celsius. Kelembaban udara 60 sampai 99 persen.

Angin diprediksi bertiup dari arah Tenggara hingga Selatan dengan kecepatan 5 sampai 14 km/jam. Tinggi gelombang di perairan Kalimantan rata-rata 1,25 hingga 2 meter.

Sementara itu, pantauan satelit pada Sabtu pagi, titik panas di Kotawaringin Timur dan dua kabupaten tetangga, yaitu Katingan dan Seruyan, tercatat nihil. Cukup wajar jika asap tidak terlihat karena kebakaran lahan diperkirakan sudah jauh berkurang akibat hujan deras yang makin sering terjadi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement