REPUBLIKA.CO.ID, DEN HAAG -- Para pejabat tinggi Palestina pada Jumat mendesak Mahkamah Kejahatan Internasional (ICC) mempercepat penyelidikan terhadap Israel yang dituduh melakukan kejahatan di tengah-tengah peningkatan kekerasan baru antara kedua pihak.
Sementara itu kepala penuntut ICC Fatou Bensouda mendesak semua pihak untuk tenang, dengan memperingatkan bahwa eskalasi kekerasan dapat mengarah kepada "suatu komisi kejahatan berskala besar" yang bisa masuk dalam jurisdiksi mahkamah yang berkedudukan di Den Haag itu.
"Ini sangat penting untuk mempercepat proses itu. Sebab jika Israel merasa memiliki kekebalan hukum, apa yang akan menghalangi Israel dari memperbanyak jatuhnya korban-korban?" kata Menteri Luar Negeri Palestina Riad al-Maliki.
Ia berbicara setelah menyerahkan berkas baru kepada Bensouda yang membuat rujukan atas pembunuhan ekstra judisial, penghancuran rumah dan hukuman kolektif. Juga disebutkan contoh-contoh dalam 40 hari terakhir dari agresi Israel.
Presiden Palestina Mahmud Abbas bertemu Bensouda pada Jumat untuk pertama kali sejak Otoritas Palestina memicu kontroversi dengan mendesak mahkamah itu pada Januari untuk melakukan penyelidikan kejahatan-kejahatan Israel.
Dalam beberapa pekan terakhir, Israel dan pihak Palestina telah terlibat dalam gelombang kekerasan baru. Lebih 60 orang Palestina dan enam warga Israel meninggal dalam kekerasan itu. Bentrokan-bentrokan yang terjadi hampir setiap hari dan serangan-serangan dengan menggunakan pisau telah memicu ketakutan-ketakutan yang mereka sebut dimulainya intifada (pergolakan) Palestina ketiga.
Maliki mengatakan ia telah menyerahkan "dokumen yang dipsersiapkan dengan baik" kepada Bensouda Jumat pagi. Dalam kesempatan itu Bensouda menegaskan perlunya semua pihak tenang dan menahan diri dan diakhirinya kekerasan.