REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktris Meyda Sefira menilai penanganan bencana asap tidak cukup hanya dilakukan dengan upaya lahiriah atau dengan cara biasa. Penanganan bencana asap memerlukan cara langit.
Kebakaran lahan gambut yang terjadi sangat luas. Ini yang membedakan kebakaran di Indonesia dengan di luar negeri sehingga sangat susah dipadamkan.
"Kita minta kepada Sang Maha Kuasa hujan yang bisa memadamkan kebakaran secara tuntas, yang nyaris mustahil kita padamkan dalam waktu singkat," ujar pemeran Husna dalam film Ketika Cinta Bertasbih, belum lama ini.
Untuk memperoleh jawaban langit, rakyat Indonesia harus ikhlas menunaikan kebaikan sebanyak-banyaknya. Seperti hukum kekekalan energi, seperti halnya kebaikan, tidak bisa hilang tapi hanya berubah bentuk.
Menurut Meyda, semakin besar kebaikan manusia kepada alam, maka alam juga akan kian besar membagi kebaikannya bagi kita.
Perempuan kelahiran Bandung, Jawa Barat, 20 Mei 1988 ini mengajak rakyat Indonesia untuk melipatgandakan kebaikan kepada lingkungan agar dapat meraih kebaikan dalam berbagai wujudnya dari alam.
"Hanya dengan meluaskan kebaikan dengan ikhlas, permasalahan semacam kebakaran hutan di Indonesia ini bisa teratasi," kata Meyda Safira menerangkan.
Menurut dia, cara dan upaya dengan tangan-tangan manusia terlalu lemah untuk mengatasinya. "Mari kita memohon kepada Yang Maha Kuasa agar mencurahkan pertolongan-Nya," ajak Meyda.
Direktur Komunikasi Aksi Cepat Tanggap (ACT), Iqbal Setyarso mengatakan tim ACT bersama Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) sudah turun ke wilayah titik api untuk dipadamkan.
Selain itu mereka juga menolong korban asap dengan memberikan ribuan masker N95, oksigen, pelayanan kesehatan, pembagian sembako, makanan siap saji dan nutrisi yang bergizi.
"Saya kira ini bencana serius, selain bencana alam akan lebih serius apabila kita tidak peduli. Jangan sampai Indonesia dikabuti asap lebih karena ketidakpedulian," ujar Iqbal.