REPUBLIKA.CO.ID, PONOROGO -- Konjen RI di Davao City, Eko Hartono, mengakui pembakaran perangkat kesenian reog memang dilakukan di Davao City, Flilpina. Penjelasan itu disampaikan Eko saat dimintai klarifikasi melalui surat elektronik.
Dalam suratnya kepada Sekjen Paguyuban Reog Jabodetabek, Agus Setiyoko, Eko memberikan alasan bahwa kabar pembakaran sejumlah perangkat kesenian reog oleh pihak staf KJRI setempat adalah benar.
Namun, Konjen Eko Hartono sebagaimana dikutip melalui pesan elektronik yang diterima Agus, menyebutkan, pembakaran terpaksa dilakukan karena alat kesenian yang telah berusia 30 tahun tersebut kondisinya sudah rusak dan dimakan rayap.
"Bapak Eko selaku Konjen RI di Davao malah mengatakan jika mereka bersykur karena bisa berkomunikasi (melalui e-mail) dengan komunitas reog di Indonesia sehingga bisa meminta masukan untuk pengadaan sejumlah perangkat kesenian reog yang baru di sana," ungkap Agus.
Namun, Agus mengatakan, masyarakat pencinta dan pelaku seni reog di Tanah Air masih membutuhkan penjelasan secara resmi dan terbuka yang bisa dibaca di media nasional agar tidak terus memicu kekecewaan atau bahkan kemarahan masyarakat komunitas reog di Indonesia.
"Surat kedua yang kami ajukan di atas lebih menjadi cermin keterkejutan dan kekecewaan masyarakat Indonesia, khususnya komunitas seniman reog di Tanah Air atas peristiwa pembakaran benda-benda untuk kesenian reog tersebut," ujarnya.
Ahad (1/11), muncul berita-berita juag menyebar di sejumlah media sosial pemberitaan mengenai pembakaran sejumlah properti kesenian reog, seperti gayor, topeng dadak merak serta tempat gamelan kepala naga muncul di sejumlah media online disertai foto pembakaran topeng dadak merak. Pembakaran diduga dilakukan di halaman sebuah rumah yang juga sebagai kantor KJRI di Davao City, Filipina.