REPUBLIKA.CO.ID, KUTA -- Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong gas bumi menjadi bahan bakar penyedia listrik di masa mendatang.
Dirjen Migas Kementerian ESDM IGN Wiratmaja Puja mengatakan potensi gas yang besar harus bisa memenuhi kebutuhan rakyat Indonesia akan listrik. "Di Indonesia, masih ada 14 persen masyarakat kita yang belum konsumsi listrik. Persentasenya kecil, tapi kalau dikali jumlah penduduk kita yang 250 juta jiwa, 14 persen itu sekitar 40 juta jiwa. Itu banyak sekali," katanya dalam Sarasehan Stakeholder Gas Bumi Nasional 2015 di Kuta, Bali, Senin (2/11).
Menurut dia, jika bisa mendorong gas bumi sebagai sumber penyedia listrik, diharapkan bisa membantu realisasi proyek pembangkit listrik 35 ribu megawatt (mw). Dalam proyek pembangkit listrik 35 ribu mw yang dicanangkan oleh pemerintah hingga 2019, sebanyak 20 ribu mw diantaranya akan bersumber dari batu bara, 13 ribu mw menggunakan bahan bakar dari gas bumi, dan 3.700 mw dari energi baru terbarukan.
"Targetnya 1.000 mmscfd atau 13 ribu mw menggunakan bahan bakar dari gas bumi. Itu untuk industri, juga untuk ikut bangun listrik," katanya.
Dengan memanfaatkan gas bumi, diharapkan Indonesia baik siang maupun malam hari akan sama terangnya. "Indonesia itu kalau siang ya Indonesia, kalau malam hari hanya Jawa-Bali karena yang terang (ada listrik) cuma itu. Ini tantangan kita bagaimana caranya membangun infrastruktur, fasilitas, sistem dan apapun supaya malam hari Indonesia tetap Indonesia," katanya.
Wiratmaja menuturkan peran gas bumi untuk membangun Indonesia siang dan malam merupakan tantangan besar yang kini dihadapi. Maka, hal utama yang perlu dilakukan adalah mengubah paradigma gas bumi bukan hanya sebagai komoditas yang bisa mendulang pendapatan negara, namun sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi.