REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar) akan memperketat kepergian Jamaah An-Nadzir ke luar daerah, khususnya untuk meninggalkan Provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini terkait pemulangan delapan warga An-Nadzir yang akan berangkat ke Suriah.
Kapolda Sulselbar Irjen Pol Pudji Hartanto mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Polres Gowa, untuk melakukan pemantauan di kawasan di sekitar Danau Mawang yang menjadi pusat perkembangan jamaah An-Nadzir.
Pihak kepolisian juga melakukan sosialisasi kepada warga sekitar agar mereka tidak teriming-iming jika ada suatu kelompok tidak di kenal melakukan ajakan ke luar daerah tertentu. "Kita lakukan semua hal untuk mengeliminer kegiatan-kegiatan mencurigan. Sehingga hal seperti ini tidak berkembang luas," ujar Pudji Hartanto, Selasa (2/11).
Pudji menuturkan, sejauh ini pihaknya telah ikut memulangkan delapan jamaah An-Nadzir ke Gowa. Pemulangan ini juga dikawal Densus 88 dari Polri. Pagi hari tadi, dua orang anggota Densus 88 dibantu Polres Maros memulangkan delapan orang ke Gowa.
Mereka datang sekitar pulul 08.10 WITA dari Jakarta menggunakan pesawat Lion JT -792. Kepulangan mereka karena enam orang dewasa dan dua anak kecil ini mengaku akan berangkat ke Suriah melalui Aceh, setelah diperiksa di Polres Sabang.
Delapan orang ini tiba di Aceh pada 25 Oktober, mereka sempat bermalam di mushalla di komplek Pelabuhan Balohan, mereka juga sempat menginap dua malam di Ujung Sekundur, Gampong Krueng Raya. Karena merasa curiga, masyarakat kemudian melaporkan ke pihak kepolisian atas keberadaan warga An-Nadzir tersebut.
Dalam pemeriksaan, kepala rombongan, Sultan Loteng mengaku datang ke Sabang untuk mengikuti rute membawa roh suci yang Allah berikan kepada keluarganya. Disebutkan, petunjuk membawa roh suci yang bersemayam di tubuh anaknya Nur Hayyun Thonghura Arqani Daeng (19) itu didapat tahun 2010. Dan perintah itu baru dapat dilaksanakan sekarang karena sebelumnya tidak ada dana.