REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jendral Dewan Masjid Indonesia (DMI) Imam Addaruqutni menilai kebanyakan khatib di Indonesia belum menjadi agen perubahan. Imam menyatakan, perlu ada peningkatan pembinaan khatib utamanya dalam rangka mewujudkan transformasi sosial yang bersumber dari masjid.
"Saya harus katakan masih belum (menjadi agen perubahan)," ujar Imam ketika dihubungi Republika.co.id, Senin (2/11).
Imam mengakui belum ada pengukuran yang akurat mengenai kualitas khatib di Tanah Air. Akan tetapi, berdasarkan pengamatannya khatib masjid masih jamak mengusung tema-tema konvensional. Ia menjelaskan, para khatib saat ini lebih banyak berbicara tentang halal-haram dan dosa-pahala.
Imam mengaku, dalam mewujudkan transformasi sosial berkaitan dengan pengetahuan para khatib. Ia mencontohkan, permasalahan masyarakat umum saat ini yakni isu korupsi. Sayangnya ia menilai, pengetahuan khatib tentang korupsi sangat sedikit.
Imam mengatakan, terdapat isu-isu yang masih jarang disentuh para khatib seperti soal kemiskinan, konflik sosial, konflik horisontal, problem remaja dan kesehatan. Ia menyarankan, untuk memperbaiki kualitas khatib dan peningkatan masyarakat sekitar masjid, jamaah dapat dilibatkan dalam dialog dengan pengurus masjid. "Inti tujuannya akan ada tindak lanjut berupa program pemberdayaan yang bersumber dari masjid," ujar Imam.