REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktorat Kesenian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyelenggarakan Kongres Kesenian Indonesia III. Kongres akan berlangsung di Bandung pada 1-5 Desember 2015.
Tema yang diangkat dalam Kongres Kesenian Indonesia III adalah “Kesenian dan Negara dalam Arus Perubahan”.
Kongres Kesenian Indonesia III berusaha mencoba melihat gerak perubahan dan mampu memberikan kontribusi pada perkembangan peradaban dunia. Kesenian dan negara harus dilihat sebagai pihak yang masing-masing berdiri sendiri, namun saling berhubungan di tengah arus perubahan yang terjadi.
Ada empat subtema yang akan dibawa ke dalam forum Kongres Kesenian Indonesia III. Pertama adalah Politik Kesenian dalam Perspektif Negara. Kedua Kesenian, Negara, dan Tantangan di Tingkat Global. Subtema ketiga adalah Pendidikan Seni, Media, dan Kreativitas dan subtema terakhir adalah Seni dalam Pusaran Kompleksitas Kekinian.
Kongres Kesenian Indonesia III akan diikuti pelaku seni, penari atau koreografer, sastrawan, musisi, teaterwan, perupa, dan sineas dari seluruh Indonesia. Selain itu, akan hadir juga pihak-pihak dan institusi yang terlibat langsung dengan dinamika kesenian dan berkesenian.
Budayawan, kritikus, kurator, akademisi seni, komunitas seni, pengelola venue seni, hingga mereka yang berhubungan dengan berbagai kebijakan penyelenggara di bidang kesenian, dinas-dinas tingkat provinsi, serta anggota DPRD Provinsi dan DPR Pusat akan meramaikan acara ini.
Direktur Kesenian Kemendikbud, Endang Caturwati mengatakan, Direktorat Kesenian memiliki berbagai program yang mendukung perkembangan dan pelestarian seni di Indonesia, termasuk seni yang terancam punah di daerah-daerah. Karena itu dipandang perlu untuk mengundang perwakilan dari daerah seperti dinas-dinas dan DPRD Provinsi.
“Kami bantu dengan revitalisasi kalau pemerintah daerah merasa perlu melestarikan atau menghidupkan suatu kesenian," ujar Endang, Selasa (3/11).
Kritikus seni senior yang juga seorang penari, Edi Sedyawati mengatakan, Kongres Kesenian Indonesia kali ini mengangkat tema tentang negara karena kesenian juga berkaitan dengan kehidupan bernegara. Dalam membangun kesenian di Indonesia harus ada peranan negara. “Selain itu kritik seni juga perlu dihidupkan supaya khalayak umum mendengar dan bisa mengerti seni,” kata Edi.