REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Blokade yang dilakukan warga di jalur yang menghubungkan Jakarta dan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi membuat Juliansyah (31 tahun) was-was. Kondisi jalan mencekam. Ia takut truk sampah yang dikendarainya akan dibakar massa.
"Kalau bukan karena kebutuhan, saya sudah berhenti kerja ," tutur Juliansyah yang telah bekerja tiga tahun lamanya menjadi supir sampah di TPS Pasar Minggu, Rabu (4/11).
Ia mengakui memang belum ada aksi truk sampah dibakar massa. Namun, ia pernah diminta kembali ke Jakarta saat akan mengirimkan sampah ke TPST Bantargebang.
Kondisi jalan saat aksi blokade warga membuat kerjanya lebih berat. Juliansyah mengatakan ia harus mengantre berjam-jam pada Selasa (3/11) malam. Truk sampah yang dibawanya sudah mengantre sejak sekitar pukul 21.30 WIB di Jatiasih, namun baru dapat menimbang muatan pada pukul 04.30 WIB. Antrean terjadi karena sekitar 450 truk sampah dari DKI Jakarta diperkirakan memenuhi TPST Bantargebang.
Antrean tersebut mengular sejak warga Cileungsi menolak truk sampah melewati jalur sekitarnya. Warga mengaku truk sampah itu menimbulkan bau dan kemacetan. Sehingga, saat ini jalur truk sampah dari Jakarta menuju Bantargebang hanya melewati jalur Bekasi Barat.
Selain antre, Juliansyah mengaku sempat ditilang dan truk sampahnya akan disita petugas. Truk sampahnya baru dibiarkan pergi setelah menghubungi dinas kebersihan.
Cerita Juliansyah, hampir sama dengan kisah pengemudi truk sampah swasta dari GMT, Saadi (40 tahun) yang mengaku takut mengemudikan truk saat terjadi blokade jalan oleh warga. Ia takut karena truk sampah yang dikemudikannya milik swasta. "Kalau ada apa-apa gimana sama truk saya," kata dia.
Saadi harus mengangkut sampah satu rit per hari ke TPST Bantargebang sesuai perjanjian pemerintah dengan perusahaan yang menaunginya. Ia mengaku baru bisa keluar TPST Bantargebang karena ada pengawalan petugas sampai memasuki Tol Bekasi Barat. Petugas sedikitnya mengawal 50 truk sampah untuk keluar dari TPST Bantargebang.
Imbas dari macetnya proses pengiriman sampah ke TPST Bantargebang yakni terjadi tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Salah satu pengangkut sampah rumahan, Hadakin (44 tahun) menuturkan masalah tertahannya truk sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang sangat mempengaruhi TPS Pasar Minggu, Jakarta Selatan. "Biasanya dua hari sekali ngangkut sampah, sekarang bisa tiga atau empat hari sekali," tuturnya.