REPUBLIKA.CO.ID,SUKABUMI -- Produksi hasil panas bumi yang dihasilkan Chevron Geothermal Salak Ltd (CGS) menempati peringkat enam dunia. Hal ini menunjukkan besarnya potensi energi panas bumi yang digunakan untuk pembangkit listrik di Indonesia.
‘’ Saat ini CGS menempati peringkat enam dunia,’’ ujar Shared Services Coordinator CGS Ali Sahid di lokasi operasional perusahaan CGS di Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi, Rabu (4/11).
CGS, urainya, mampu memproduksi panas bumi sebesar 377 MW. Sementara peringkat pertama ditempati Geysers, Amerika Serikat yang memproduksi energi panas bumi sebesar 945 MW.
Sejatinya, terang Ali, potensi energi panas bumi yang ada di CGS mencapai sebanyak 595 MW. Namun, yang baru bisa diproduksi hanya sebesar 377 MW karena terkendala sejumlah faktor. Di antaranya kesulitan pengembangan terkait permodalan dan aspek perizinan yang harus dilalui.
Ali mengungkapkan, lokasi sumur panas bumi CGS berada di dua wilayah, yakni Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor. Menurutnya, sebagian besar sumur panas bumi itu berada di wilayah Bogor. Sedangkan sebagian kecil lainnya berada di wilayah Sukabumi.
Data CGS menyebutkan, ada sebanyak 107 sumur yang terbagi pada sumur produksi dan injeksi. Rinciannya, ada sebanyak 41 sumur yang aktif. Pembuatan sumur panas bumi ini dilakukan sejak 1982 dan terakhir pada 2012 lalu.
Menurut Ali, energi panas bumi CGS ini menjadi salah satu pemasok jaringan listrik bagi kebutuhan masyarakat di Jawa, Madura, dan Bali (Jamali). Bahkan, memasok listrik untuk sejumlah kawasan vital di daerah Bogor.
‘’Panas bumi merupakan energi yang bersih, ramah lingkungan dan terbarukan,’’ imbuh Ali.
Hal ini ditunjukkan dengan kecilnya kandungan emisi yang dikeluarkan dibanding dengan energi yang lainnya. Faktor lainnya, yakni luasan lahan yang digunakan hanya membuka 2,8 persen dari total wilayah pertambangan.
Produksi panas bumi, ungkap Ali, menghadapi sejumlah tantangan dalam bidang keamanan seperti longsor, gempa bumi, dan paparan H2S. Sementara tantangan lainnya yakni penyerapan tenaga kerja lokal di sekitar kawasan produksi panas bumi.
‘’Potensi panas bumi di Sukabumi memang cukup besar,’’ ujar Kepala Bidang Energi Dinas PESDM Kabupaten Sukabumi Pepep Muhammad Abduh.
Salah satunya terdapat di Cibeureum-Parabakti, Gunung Salak yang berada di dua wilayah, yakni Sukabumi dan Bogor. Di kawasan itu, terang Pepep, terdapat potensi panas bumi sebanyak 600 MW.
Dari jumlah tersebut yang baru dimanfaatkan sekitar 377 MW dan merupakan pemanfaatan energi panas bumi yang terbesar di Indonesia. Perusahaan yang melakukan kegiatan disana, yakni CGS.