REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Inggris mendatangkan pakar penerbangannya ke bandara Sharm el-Sheikh, Rabu (4/11). Hal itu dilakukan untuk memastikan keamanan setelah bom diduga ditanam di dalam pesawat Rusia yang jatuh akhir pekan lalu.
Tindakan Inggris ini akan menjadi pukulan lebih lanjut untuk industri pariwisata Mesir yang telah menderita setelah kerusuhan Arab Spring 2011. Satu andalan pariwisata Mesir adalah di resor Laut Merah.
Wakil Kepala Bandara Sharm el-Sheikh, Hany Ramsay mengatakan tindakan Inggris terlalu cepat. Negara-negara lain mungkin akan segera mengikuti Inggris. Ia menilai adanya kemungkinan motif politik dan komersial di balik pernyataan Inggris.
"Mereka ingin menyakiti pariwisata dan menyebabkan kebingungan," katanya.
Beberapa maskapai penerbangan, termasuk Lufthansa dan Air France berhenti terbang di atas Sinai setelah kecelakaan, tapi operator Inggris tetap membuat jadwal mereka. Hampir satu juta warga Inggris mengunjungi Mesir tiap tahun. Banyak dari mereka ke Sharm el-Sheikh yang juga populer di kalangan warga Rusia.
Penerbangan Metrojet yang jatuh membawa rombongan wisatawan yang sebagian besar warga Rusia dari Sharm el-Sheikh ke St Petersburg. Pesawat meledak di udara pada ketinggian 31 ribu kaki, 23 menit setelah lepas landas dan jatuh di gurun Sinai.
Lokasi kecelakaan pesawat, 70 kilometer di selatan kota el-Arish yang terletak di Sinai utara. Di sana, pasukan keamanan Mesir telah berjuang selama bertahun-tahun menghadapi militan ISIS setempat.