Kamis 05 Nov 2015 12:13 WIB

Puluhan Ribu Warga Rumania Tuntut Penyelesaian Korupsi

Rep: Gita Amanda/ Red: Winda Destiana Putri
Bendera Rumania
Bendera Rumania

REPUBLIKA.CO.ID, BUKARES -- Lebih dari 30 ribu warga Rumania memenuhi Bukares dan kota-kota lainnya.

Mereka menuntut perubahan besar untuk mengakhiri korupsi di negara itu, meski perdana menteri mereka telah mengundurkan diri.

Aljazirah melaporkan pada Kamis (5/11), ribuan warga Rumania telah turun ke jalan-jalan di ibukota pada malam kedua. Mereka menyerukan diakhirinya korupsi di negara tersebut.

Sebelumnya, Perdana Menteri Victor Ponta telah menyatakan pengunduran dirinya pada Rabu (4/11). Langkah tersebut diambil setelah insiden kebakaran di klub malam yang menewaskan 30 orang. Warga mengatakan, insiden itu terjadi akibat korupsi dan lemahnya sistem keamanan di Rumania.

Sementara itu puluhan ribu warga yang berdemo menuntut perubahan besar dalam pemerintahan Rumania. Para pengunjuk rasa mengatakan, pengunduran diri pemerintah harusnya hanya jadi awal reformasi kelas politik dan adminsitrasi publik yang kerap jadi lahan korupsi.

"Kami datang ke sini pertama-tama untuk melawan korupsi, orang-orang yang korup dan sistem yang membela orang-orang korup. Jika sistem tidak menghapus orang-orang korup dengan sendirinya, warga akan mencari keadilan mereka sendiri. Jika pada tahun 1989 (Revolusi anti-Komunis) rakyat berjuang untuk kebebasan, pada tahun 2015 kita berjuang untuk keadilan," kata salah satu pengunjuk rasa, Hans.

Ponta telah berada di bawah tekanan publik untuk mundur sepekan sebelum insiden kebakaran. Pada September lalu ia pernah diadili atas sejumlah kasus seperti tuduhan penipuan, penggelapan pajak dan pencucian uang. Dia kemungkinan akan menghadapi persidangan pertamanya nanti di bulan November.

Pengunduran dirinya mungkin menyebabkan penataan kembali politik, meskipun koalisi tiga partai terutama sayap kiri yang membentuk mayoritas di parlemen tidak menunjukkan tanda-tanda perpecahan. Pemilihan nasional rencananya akan digelar Desember 2016.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement