REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Penutupan Bandara Ngurah Rai sejak Selasa (3/11) malam, mulai dikeluhkan warga. Penutupan bandara secara tidak langsung berdampak pada penurunan omset penjualan dagangan mereka.
"Turun drastis," kata Zaitun, pedagang nasi kuning di dekat terminal kargo Bandara Ngurah Rai.
Kepada Republika, Kamis (15/11), Zaitun mengatakan, biasanya dia membawa sekitar 200 nasi bungkus sehari dan belum sampai waktu dzuhur, sebagian besar sudah terjual. Tapi sejak Rabu (4/11) sebutnya, nasi yang dia bawa baru terjual beberapa bungkus saja.
Selain mengandalkan sopir taksi atau para sopir mobil pengangkut barang sebagai pelanggannya, perempuan asal Banyuwangi itu juga mengandalkan para porter sebagai pembeli. Namun sejak kegiatan di Bandara Ngurah Rai tutup total pada Rabu, dia merasa kehilangan pembeli.
"Karena Bandara tutup, tidak ada yang datang ke bandara. Apa yang mereka mau angkut, orang barangnya tidak datang," katanya.
Sopir Taksi Bandara, Wayan Margi mengatakan hal senada. Bahwa sejak Bandara ditutup, kegiatan di pintu masuk Pulau Bali melalui jalur udara, itu lumpuh total. Tidak ada penumpang yang akan diangkut keluar bandara.
Biasanya sebut Margi, dia bisa mengangkut sampai 5-6 rit sehari. Namun pada Rabu dia hanya dapat satu rit, yakni tamu yang ingin pulang ke rumahnya, karena tidak tahu ada penutupan bandara. Beratnya kata Margi, taksi bandara tidak boleh mengangkut penumpang di luar lingkungan bandara, sehingga saat bandara tutup, mereka harus menganggur.