Kamis 05 Nov 2015 15:31 WIB

'Obat Resesi Ekonomi' Ibnu Khaldun

Konsep pemikiran Ibnu Khaldun
Foto: muslimheritage
Konsep pemikiran Ibnu Khaldun

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak hanya dalam bidang sosiologi dan sejarah, kecemerlangan Ibnu Khladun juga tampak dalam bidang lainnya. Dalam bidang ekonomi Islam, di antara sekian banyak pemikir masa lampau yang mengkaji ekonomi Islam, Ibnu Khaldun merupakan salah satu ilmuwan yang paling menonjol. Ibnu Khaldun sering disebut sebagai raksasa intelektual paling terkemuka di dunia. Ia bukan saja bapak sosiologi, tetapi juga bapak ilmu ekonomi karena banyak teori ekonominya yang jauh mendahului para pemikir Barat modern, seperti Adam Smith dan David Ricardo.

Muhammad Hilmi Murad secara khusus telah menulis sebuah karya ilmiah berjudul Abul Iqtishad: Ibnu Khaldun atau Bapak Ekonomi: Ibnu Khaldun. Dalam tulisan tersebut, Hilmi Murad membuktikan bahwa Ibnu Khaldun terbukti secara ilmiah menjadi penggagas pertama ilmu ekonomi secara empiris. Karya tersebut disampaikannya dalam sebuah simposium tentang Ibnu Khaldun di Mesir tahun 1978.

Sebelum Ibnu Khaldun, kajian-kajian ekonomi di dunia Barat masih bersifat normatif. Adakalanya dikaji dari perspektif hukum, moral, dan filsafat. Karya-karya tentang ekonomi yang disusun oleh para ilmuwan Barat bercorak tidak ilmiah karena pemikir zaman pertengahan tersebut memasukkan kajian ekonomi dalam kajian moral dan hukum. Sedangkan, Ibnu Khaldun mengkaji problem ekonomi masyarakat dan negara secara empiris. Ia menjelaskan fenomena ekonomi secara aktual.

Pujian terhadap Ibnu Khaldun juga datang dari Shiddiqy Boulokia, seorang ekonom. Dalam tulisannya yang bertajuk Ibn Khaldun:A Fourteenth Century Economist, Shiddiqy Boulokia, dinyatakan bahwa Ibnu Khaldun telah menemukan sejumlah besar ide dan pemikiran ekonomi fundamental beberapa abad sebelum kelahiran ‘resminya’ (di Eropa).

Shiddiqy Boulokia menambahkan, Ibnu Khladun telah menemukan keutamaan dan kebutuhan suatu pembagian kerja sebelum ditemukan Smith dan prinsip tentang nilai kerja sebelum Ricardo. Ia telah mengolah suatu teori tentang kependudukan sebelum Malthus dan mendesak akan peranan negara di dalam perekonomian sebelum Keynes. Bahkan, lebih dari itu, Ibnu Khaldun telah menggunakan konsepsi-konsepsi ini untuk membangun suatu sistem dinamis yang mudah dipahami, yaitu mekanisme ekonomi telah mengarahkan kegiatan ekonomi kepada fluktuasi jangka panjang.

Lafter, penasihat ekonomi presiden Ronald Reagan, yang menemukan teori Lafter Curve, berterus terang bahwa ia mengambil konsep Ibnu Khaldun. Ibnu Khaldun mengajukan obat resesi ekonomi, yaitu mengecilkan pajak dan meningkatkan pengeluaran (ekspor) pemerintah. Pemerintah adalah pasar terbesar dan ibu dari semua pasar dalam hal besarnya pendapatan dan penerimaannya. Jika pasar pemerintah mengalami penurunan, hal wajar apabila pasar yang lain akan ikut turun, bahkan dalam agregate yang cukup besar.

Sementara itu, S Colosia dalam bukunya Constribution A L’Etude D’Ibnu Khaldaun Revue Do Monde Musulman memaparkan, sebagaimana mengutip Ibrahim Ath-Thahawi, Apabila pendapat-pendapat Ibnu Khaldun tentang kehidupan sosial menjadikannya sebagai pionir ilmu filsafat sejarah, pemahamannya terhadap peranan kerja, kepemilikan, dan upah menjadikannya sebagai pionir ilmuwan ekonomi modern.

Oleh karena besarnya sumbangan Ibnu Khaldun dalam pemikiran ekonomi, Boulokia mengatakan, Sangat bisa dipertanggungjawabkan jika kita menyebut Ibnu Khaldun sebagai salah seorang bapak ilmu ekonomi. Ia juga menyimpulkan bahwa Ibnu Khaldun secara tepat dapat disebut sebagai ahli ekonomi Islam terbesar yang pernah ada.

Sumber: Pusat Data Republika/Nidia Zuraya

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement