Kamis 05 Nov 2015 19:58 WIB

Yorrys Bentuk Kubu Baru Antara Ical dan Agung di Golkar?

Rep: Agus Raharjo/ Red: Bilal Ramadhan
Wakil Ketua Umum Partai Golkar kubu Agung Laksono, Yorrys Raweyai mendatangi Gedung DPR RI Kompleks Paremen Senayan, Jakarta, Senin (30/3).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Wakil Ketua Umum Partai Golkar kubu Agung Laksono, Yorrys Raweyai mendatangi Gedung DPR RI Kompleks Paremen Senayan, Jakarta, Senin (30/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Perkara dualisme kepengurusan Partai Golkar berbuntut perpecahan baru. Dua kubu yang awalnya saling berselisih, Aburizal Bakrie dan Agung Laksono, kini memunculkan kelompok baru.

Wakil Ketua Umum Golkar hasil munas Ancol yang juga kubu Agung Laksono, Yorrys Raweyai mengaku sudah tidak sejalan lagi dengan sang ketua umum. Saat ditemui di kompleks parlemen Senayan, usai bertemu Wakil Ketua Umum Golkar kubu Aburizal Bakrie, Setya Novanto, Yorrys mengaku sudah bukan kubu Agung Laksono.

Tapi juga bukan kubu Aburizal Bakrie. Menurut Yorrys, posisi yang diambilnya sejak awal adalah tim penyelamat partai. Dia mengatakan mulai tidak sependapat dengan Agung Laksono pasca penetapan calon kepala daerah oleh KPU 9 Agustus lalu.

“Saya mulai tidak sependapat dengan Agung mulai 9 Agustus, pasca penetapan KPU. Di situ saya ambil garis, saya stop,” kata dia di kompleks parlemen Senayan, Kamis (5/11).

Menurut dia, dulu kubu Agung berusaha untuk tidak mengakui Aburizal karena manajemen yang dibuat untuk partai Golkar. Kubu Agung disatukan karena punya idealisme sama. Namun, hal itu diulangi oleh Agung dengan kelompoknya. Menurut Yorrys, seharusnya Agung sudah tidak perlu melakukan kesalahan yang sama.

Yorrys bahkan menyatakan proses politik harusnya dikedepankan dalam penyelesaian Golkar. Namun, kalau Agung Laksono ingin mengajukan Peninjauan Kembali (PK) atas putusan Mahkamah Agung (MA), itu hak hukum dari Ketua Umum hasil munas Ancol tersebut.

Namun, Yorrys memberi catatan, apakah dengan mengajukan PK dapat menyelesaikan masalah Golkar. Menurutnya, masalah Golkar saat adalah masalah politik, jadi tidak akan selesai dengan mengajukan PK. “Sekarang ini proses politik yang perlu kita persiapkan,” imbuh dia.

Yorrys menilai Golkar harus belajar dari sejarah untuk menyelesaikan masalah internal. Jangan sampai tragedi politik yang sudah dialami oleh PDI dan PKB terulang di Golkar. Yorrys juga enggan berbicara soal munas luar biasa. Menurutnya, sebagai parpol, Golkar harus melaksanakan sesuai konstitusi partai.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement