REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri musik saat ini bisa dibilang sedang berada dalam zaman peralihan, beralih dari zaman piringan hitam,kaset, CD, ke zaman digital. Perubahan tersebut berdampak besar terhadap bisnis para musisi di Indonesia.
Salah satu vokalis band Javajive, Danny mengatakan secara global industri musik saat ini memang sedang terpuruk, bukan hanya di Indonesia tapi juga di luar negeri.
“Intinya pada zaman ini, kita (para musisi) harus lebih kreatif lagi, jamannya memang berubah, sekarang sudah bergeser ke digital,” kata Danny saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (5/11)
Menurutnya, sebagai pelaku bisnis musik, saat ini Dia bersama band-nya sedang mencari jalan untuk menghadapi arus zaman digital tersebut. Kata dia, cara menghadapinya yaitu dengan mengedapankan teknologi itu sendiri. “Kalau buat album digital, saat ini bisa berupa lagu, profil personil band, dan cerita group dalam sebuah aplikasi, semuanya bisa,” ujarnya.
Layanan music streaming di Indonesia belakangan ini terus bermunculan. Mereka menawarkan kemudahan bagi pecinta musik untuk menikmati musik sesuai seleranya masing-masing. Namun, lebih enak mana industri musik zaman dulu dengan zaman sekarang?
Menurut Danny, jika ditanya lebih enak mana, semuanya kembali kepada kreatifitas masing-masing musisi untuk bertahan di industri musik. “ kalau enaknya dulu, waktu masih baru-baru kita didukung perusahaan besar, sementara sekarang harus lebih kreatif dan enaknya kita sudah komitmen untuk itu. Tapi kalau ditanya lebih enak mana, enakan dulu saat kita masih berada di atas,” jelas Danny.