REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian akan memfasilitasi integrasi rantai pasok antara sektor hulu dan hilir dalam upaya pengembangan industri pelumas di Indonesia. Rantai pasok tersebut yakni menghubungkan antara bahan baku berupa lube base oil dengan produk pelumas di dalam negeri.
"Upaya tersebut juga dalam rangka mengantisipasi peningkatan kebutuhan akan produk-produk pelumas di masa yang akan datang," ujar Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian Harjanto, Jumat (6/11).
Saat ini, terdapat lebih dari 20 pabrik pelumas atau Lube Oil Blending Plant (LOBP) di Indonesia dengan kapasitas keseluruhan mencapai 1,8 juta KL per tahun dan omzet mencapai Rp 7 triliun. Sementara itu, potensi pasar di dalam negeri hanya sebesar 850 ribu KL per tahun sehingga ada kapasitas produksi yang tidak terutilisasi mencapai 47 persen.
Namun, Harjanto mengungkapkan, salah satu sektor yang terus menunjukkan peningkatan kinerja dan pertumbuhan yang cukup signifikan adalah industri pelumas. Sektor ini terus berkontribusi dalam mendukung industri alat angkut darat, laut dan udara. Selain itu, industri tersebut juga mendukung pertumbuhan industri manufaktur, serta peningkatan pembangunan fasilitas infrastruktur.
Harjanto memberikan apresiasi kepada PT. Shell Indonesia yang telah mewujudkan investasi pabrik pelumas berskala internasional pertama di Indonesia. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi sebesar 120 ribu ton per tahun dengan nilai investasi sebesar 131,42 juta dolar AS.
"Kita berharap pabrik pelumas Shell ini dapat meningkatkan kinerja industri pelumas nasional sehingga akan memperdalam struktur industri dalam negeri," kata Harjanto.
Selain itu, yang terpenting adalah pabrik tersebut dapat menyerap tenaga kerja dan menambah devisa melalui ekspor produk pelumas. Dengan adanya pabrik tersebut diharapkan bisa mengurangi produk pelumas impor yang beredar di dalam negeri.