Jumat 06 Nov 2015 14:39 WIB

Ajak Bakar Masjid, Akun Facebook Biksu Thailand Ini Ditutup

Rep: c25/ Red: Andi Nur Aminah
Ratusan Biksu Budha Myanmar menggelar demontrasi menolak keberadaan Muslim Rohingya.
Foto: Sakchai Lalit/AP
Ratusan Biksu Budha Myanmar menggelar demontrasi menolak keberadaan Muslim Rohingya.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Seorang biksu Buddha ternama Thailand diminta menutup akun Facebook miliknya. Hal itu terjadi usai ia memosting komentar kebencian kepada Muslim, dan mengajak untuk membakar sebuah masjid di Thailand.

Dilansir dari Anadolu Agency, Jumat (6/11), Apichart Punnajanto, Biksu Kepala di Kuil Wat Benchamabopit, menutup akun Facebook miliknya setelah mendapat peringatan dari otoritas Buddha dan Junta di Thailand.

"Saya menerima pemberitahuan dari Dewan Agung Sangha (lembaga Buddha paling terhormat di Thailand) dan saya dikunjungi oleh petugas keamanan selama dua hari terakhir. Mereka meminta saya untuk berhati-hati mengekspresikan pendapat saya tentang kematian biksu dan orang awam di selatan," tulis Punnajanto.

Pada 29 Oktober lalu, Punnajanto memposting komentar kebencian di akun Facebook-nya. Dalam akun tersebut dia menuliskan komentarnya dalam kalimat "Jika seorang biarawan Buddha meninggal karena ditembak atau karena sebuah ledakan di selatan oleh tangan bandit Malayu, masjid harus dibakar. Mulai dari Thailand bagian utara sampai selatan."

Komentar itu terkait dengan foto biksu yang tewas dan terluka karena menjadi korban kekerasan di tiga provinsi selatan Thailand, yakni Pattani, Yala dan Narathiwat. Bandit Malayu yang dimaksudnya mengacu pada gerilyawan yang memerangi negara Thailand di tiga provinsi, yang memiliki populasi Muslim sebanyak 80 persen dan sebagian besar berasal dari Melayu.

Menurut Human Right Watch, pemberontakan di Thailand sendiri telah mengkibatkan sekitar 6.500 orang tewas. Di antaranya terdapat sekitar 20 biksu Buddha.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement