REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANSISCO -- Syuting film Indonesia di luar negeri, membutuhkan dukungan dari banyak pihak. Itu juga yang dialami tim Bulan Terbelah di Langit Amerika yang melaksanakan syuting di New York dan San Fransisco.
Keluarga besar Konsulat Jenderal (Konjen) RI di San Fransisco menyambutnya. "Ketika tahu kita syuting film Indonesia, apalagi temanya unik dan beda, Pak Ardi Hermawan mengajak kita beramah tamah, bertemu dengan artis, dan menawarkan kerjasama" ujar produser film Bulan Terbelah di Langit Amerika, Ody Mulya Hidayat dalam siaran kepada Republika.co.id, Jumat (6/11).
Selain di San Fransisco, Bulan Terbelah di Langit Amerika juga mendapatkan dukungan dari Konjen RI di New York yang diwakili konsuler bagian Ekonomi dan Budaya, Winanto Adi. Menurut Winanto, banyak film Indonesia yang syuting di Amerika, tapi mereka selaku perwakilan negara di sana kadang tidak tahu-menahu.
Jika tahu, mereka bisa menjembatani program-program kolaborasi dengan filmakers yang ada di New York dan screening film Indonesia bagi WNI. Permasalahan yang kadang mencuat pada saat syuting, baik berupa izin, atau permasalahan birokratis di negeri orang, dimudahkan dengan adanya dukungan dari Konjen setempat.
"Termasuk lokasi syuting film Bulan Terbelah di Langit Amerika yang cukup spesifik dan sensitif dengan lama 1 bulan," ujar Hanum Rais, penggagas film tersebut,
Film Bulan Terbelah di Langit Amerika diangkat dari novel best seller berjudul sama yang menceritakan perjalanan Hanum dan Rangga menguak misteri tragedi 9/11 di New York. Keduanya mendapatkan tugas menjawab artikel Would the World be better without Islam?.
Bulan Terbelah di Langit Amerika memetaforakan tentang manusia yang terbelah dan terkotak-kotak setelah kejadian 911. Film ini terinspirasi dari peristiwa nyata dari para keluarga korban tragedi di WTC. Berikut trailer filmnya: