Jumat 06 Nov 2015 19:47 WIB

Keberanian Asma Binti Umais Kritik Kesalahan Khalifah Umar

Rep: Sri Handayani/ Red: Agung Sasongko
siluet muslimah
Foto: imgbuddy
siluet muslimah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam mengajarkan umatnya untuk memuliakan para janda perang. Asma binti Umais RA merupakan satu di antara banyaknya janda korban peperangan pada masa Rasulullah SAW. Ia mendapatkan kemuliaan dengan dinikahi oleh dua dari empat Khulafaur Rasyidin, yaitu Abu Bakar ash-Shiddiq RA dan Ali bin Abi Thalib RA.

Asma binti Umais pertama kali dinikahi oleh Ja'far bin Abi Thalib RA. Ia telah masuk Islam sebelum Rasulullah SAW masuk ke rumah Arqam.

Asma turut berhijrah bersama suaminya ke Habasyah. Di Habasyah, dia melahirkan tiga orang putra, yaitu Abdullah, Aun, dan Muhammad. Ia kemudian berhijrah lagi ke Madinah. Kedatangan Asma dan rombongan ke Madinah disambut suka cita Rasulullah SAW.

Kemenangan Khaibar menjadi tanda melemahnya kekuatan Yahudi dalam melawan Islam. Kaum Muslim kembali ke hadapan Rasulullah SAW dengan penuh kebahagiaan setelah lama dikucilkan dan berpisah dengan keluarga. Jiwa mereka merasa aman dengan kokohnya kekuatan Islam dan perlindungan Allah SWT.

Kabar kepulangan Ja'far bin Abu Thalib RA dan istrinya merupakan kebahagiaan luar biasa bagi Rasulullah SAW dan umat Muslim. Sepulang dari hijrah, Asma menemui para istri Nabi Muhammad SAW (ummahatul mukminin) untuk saling melepas rindu.

Ketika berkunjung, Asma berjumpa dengan Umar bin Khattab RA. Umar mengeluarkan candaan kepada wanita ini, "Apakah ini orang Habasyiyah atau orang Bahriyah?"

"Iya," jawab Asma.

Umar berkata lagi, "Kami lebih dahulu berhijrah daripada kalian dan kami lebih berhak terhadap Rasulullah SAW dibandingkan kalian."

Kalimat ini ditanggapi serius oleh Asma bin Umais. Ia sangat tahu bagaimana penderitaan, pengucilan, kerinduan terhadap kampung halaman, ketakutan, dan hal-hal lain yang dialami oleh mereka yang berhijrah ke Habasyah. Ia tidak mampu membayangkan kaum Muhajir Habasyah mendapatkan hak lebih sedikit terhadap Rasulullah SAW. Apalagi, perkataan itu terucap dari al-Faruq, Umar bin Khattab RA.

Asma menjawab perkataan Umar dengan kemarahan, "Demi Allah. Tidak, kalian tinggal bersama dengan Rasulullah. Orang-orang yang lapar di antara kalian mendapatkan makanan. Dan, orang-orang yang tidak tahu, mendapatkan peringatan. Sedangkan, kami berada di negeri yang jauh dan dibenci, Habasyah. Kami melakukannya karena Allah dan Rasulullah. Demi Allah, aku tidak makan makanan dan meminum minuman sampai aku mengingat apa yang engkau katakan tentang Rasulullah SAW."

Umar bin Khattab RA terdiam menyadari kesalahannya. Ia mengetahui kebenaran kata-kata yang diucapkan Asma yang merasakan langsung keterasingan di Habasyah.

Ketika Nabi Muhammad SAW datang, Asma mengadu kepada beliau, "Wahai Rasulullah. Umar berkata begini, begini." Kemudian, Beliau SAW berkata, "Apa yang engkau katakan?" Asma menjawab, "Aku mengatakan begini, begini." Rasulullah SAW lalu bersabda, "Tidak ada yang lebih berhak atasku baik kalian atau dia. Mereka memiliki satu hijrah sedangkan kalian, para penumpang perahu (ahlus safinah), memiliki dua hijrah."

Beberapa bulan setelah peristiwa tersebut, perang kembali terjadi. Kali ini pertempuran terjadi di Mu'tah melawan pasukan al-Ghasasanah. Dalam pertempuran itu, Ja'far bin Abi Thalib, suami Asma binti Umais, meninggal dunia.

Setelah masa iddah berakhir, Asma menikah dengan Abu Bakar ash-Shiddiq. Abu Bakar menghormati Asma karena mengetahui kedudukan dan kekuatan imannya. Dari pernikahan ini lahir Muhammad bin Abu Bakar.

Sepeninggal Abu Bakar, Asma binti Umais menikah dengan Ali bin Abi Thalib. Anak-anak Asma dari kedua suaminya terdahulu tinggal di rumah Ali.

Suatu hari, Ali mendengar kedua anak tirinya, Muhammad bin Ja'far dan Muhammad bin Abu Bakar, bertengkar. "Aku lebih utama dari dirimu dan bapakku juga lebih utama dari bapakmu." kata mereka satu sama lain. 

Ali mendatangi Asma dan memintanya menengahi kedua anak mereka. Ia pun berkata, "Aku tidak melihat seorang pemuda dari Arab yang lebih baik daripada Ja'far dan aku tidak melihat seorang paruh baya yang lebih baik daripada Abu Bakar."

Ali lalu bertanya, "Aku bagaimana, wahai Asma?" Dengan yakin Asma menjawab, "Engkau yang lebih bahagia daripada mereka."

Itulah Asma binti Umais, sahabiyah yang cerdas, tutur katanya baik, dan pandai dalam muamalah. Ia juga wanita yang tercatat dalam sejarah, berani mengoreksi kesalahan al-Faruq Umar bin Khattab RA. Asma tercatat telah meriwayatkan 60 hadis dari Rasulullah.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement