REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) menyesalkan adanya artikel yang berjudul 'Menunggu di Lobi Gedung Putih'. Kemenlu menegaskan isu yang diangkat sangat tidak akurat, tidak berdasar dan sebagian mendekati ke arah fiktif.
"Pemerintah RI tidak menggunakan jasa pelobi dalam mengatur dan mempersiapan kunjungan Presiden ke Amerika Serikat," ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi melalui juru bicaranya, Arrmanatha Nasir, Sabtu (7/11).
Kemlu juga tidak pernah mengeluarkan anggaran Kementerian untuk membayar jasa pelobi. Namun, penggunaan jasa pelobi diakuinya merupakan bagian nyata dari dunia politik di Amerika Serikat dan seringkali digunakan oleh pemangku kepentingan dan Pemerintah negara-negara lain di dunia. Hal itu dilakukan untuk memajukan kepentingan mereka di Amerika Serikat.
Pernyataan yang dikeluarkan melalui siaran pers tersebut mengatakan, kunjungan Presiden Indonesia Joko Widodo ke Amerika Serikat adalah atas undangan Presiden Obama. Undangan tersebut bahkan disampaikan langsung pada saat pertemuan bilateral di sela-sela KTT APEC 2014 di Beijing 10 November tahun lalu.
"Undangan ini kemudian ditindaklanjuti dengan undangan tertulis yang disampaikan melalui saluran diplomatik," kata pria yang akrab disapa Tata.
Ia menambahkan, karena banyaknya isu penting dan mendesak, Jokowi baru dapat memenuhi undangan pada 25-27 Oktober lalu.
Sementara persiapan kunjungan Presiden RI ke AS sama seperti ke negara-negara lain yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri, berkoordinasi dengan berbagai kementerian dan lembaga, parlemen, KBRI Washington D.C., Konsulat Jenderal RI di San Francisco, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, serta kalangan bisnis dan para pemangku kepentingan lainnya.
Sebelumnya, Michael Buehler seorang akademisi di Australia University (ANU) membuat artikel yang mengatakan Indonesia membayar perusahaan lobi Las Vegas untuk dapat bertandang ke Gedung Putih. Indonesia dikabarkan menyewa konsultan Singapura Pereira dan membayar 80 ribu dolar AS kepada perusahaan lobi R & R Partners yang berbasis di Las Vegas untuk bertemu dengan Obama.