REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA -- Pihak berwenang Yunani tak melaporkan adanya korban jiwa migran selama 11 hari terakhir. Kondisi cuaca yang baik di Laut Aegean diduga membantu pengungsi tetap aman saat melakukan perjalanan dari pantai Turki menuju pulau-pulau di Yunani timur.
"Tak ada korban jiwa hingga hari ini, terima kasih Tuhan," kata seorang juru bicara penjaga pantai Yunani yang ingin identitasnya anonim, Sabtu (7/11), dikutip dari CTV News.
Akan tetapi, para penjaga pantai Yunani dan Lembaga Perbatasan Eropa Frontex tetap bekerja menyelamatkan 383 migran di enam operasi penyelamatan terpisah. Salah satu kapal para pengungsi dari Suriah, Irak, dan Afghanistan itu disebut berada dalam situasi sulit, sementara dua lainnya tanpa kemudi. (baca: Balita Diduga Migran Ditemukan Tewas di Perairan Pulau Lesbos)
Sementara, sejumlah negara Uni Eropa enggan menampung migran dalam jumlah yang terlalu besar dan sebagian lagi menghadapi tentangan dari kelompok-kelompok tertentu. Kanselir Jerman Angela Merkel yang membiarkan 758.000 pencari suaka tiba sejak Januari 2015 menuai reaksi keras dari reli anti-imigran.
Di barat daya Swedia, sebuah bangunan kosong yang dimaksudkan untuk rumah pengungsi dibakar ke tanah. Dalam beberapa pekan terakhir, Skandinavia juga mencatat lebih dari 20 serangan pembakaran sebagai reaksi masuknya pengungsi yang ditargetkan mencapai 190.000 orang.
Di Norwegia, anggota non-Uni Eropa yang kaya minyak, Menteri Kehakiman Anders Anundsen mengatakan pemerintah berencana mengurangi jumlah pengungsi hingga 20 persen dan memberlakukan aturan imigrasi ketat. Halaman Facebook kementerian memperingatkan calon pengungsi bahwa mereka bisa dikirim pulang jika aplikasi suaka ditolak.
"Orang yang tidak berkenan meninggalkan Norwegia secara sukarela akan dikembalikan secara paksa," demikian situs itu merilis.