REPUBLIKA.CO.ID, HEBRON -- Kelompok kanan Israel B'Tselem mengecam langkah tentara yahudi yang dinilai melaksanakan langkah tidak bermoral dan melanggar hukum karena menutup akses di Hebron.
Kelompok tersebut menilai pemblokiran tersebut menghambat kebebasan warga Palestina yang melakukan mobilitas di Hebron, termasuk penutupan lingkungan Tel Rumeida.
"Langkah-langkah ini merupakan hukuman kolektif warga Hebron dan memaksa mereka menderita gangguan serius dalam menjalani kehidupan sehari-hari," kata kelompok itu seperti dikutip dari laman Al Arabiya, Ahad (8/11).
Sebelumnya, pasukan Israel memblokir akses keluar dari Hebron, sebelah selatan Kota Tepi Barat, Sabtu (7/11). Penutupan dilakukan karena pasukan Israel memburu penyerang usai insiden beberapa hari terakhir yang menargetkan jamaah yahudi dan tentara.
‘’Dua remaja Israel ditembak dan terluka pada Jumat (6/11) di situs kompleks yang dikenal umat yahudi sebagai makam para leluhur dan bagi umat Muslim sebagai Masjid Ibrahimi,’’ kata militer Israel.
Selain warga sipil, seorang tentara juga ditembak dan terluka di dekat desa Palestina Beit Anon utara Hebron. Kemudian, wanita Palestina berusia 72 tahun ditembak mati oleh tentara setelah diduga melukai mereka dengan mobilnya di dekat Hebron.
Namun, tidak ada bentrokan atau serangan di kota pada Sabtu karena tentara Israel fokus mencari para penyerang. Juru bicara militer Israel Letnan Kolonel Peter Lerner mengatakan,pihaknya tengah melakukan aktivitas untuk menemukan pelaku serangan tersebut.
Pasukan Israel sedang mencari rumah warga Palestina di dalam dan sekitar Hebron. Militer juga mendirikan pos pemeriksaan baru untuk kendaraan dan orang. Selain itu, tentara memblokir pintu masuk utara Hebron dengan gundukan kotoran.
Pintu masuk di sebelah timur juga telah ditutup. Sekitar 200 ribu penduduk Palestina bermukim di Hebron dan sekitar 500 pemukim Israel yang tinggal di tengah dan dilindungi oleh zona militer. Situasi ini menjadi sumber ketegangan.