REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penanganan darurat dampak gempa bumi 6,2 skala ritcher (SR) di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang terjadi Rabu (4/11) masih terus dilakukan hingga saat ini. Wilayah terdampak meliputi lima kecamatan dan 18 desa di Kabupaten Alor.
Akibat gempa tersebut, menyebabkan satu orang luka ringan di kecamata Alor Timur Laut, satu orang luka berat di Desa Maritaing, Kecamatan Alor Timur, dan satu orang di Kecamatan Alor Selatan.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan Sebanyak 884 rumah mengalami kerusakan yang tersebar di Kecamatan Alor Timur 735 unit, 10 unit di Kecamatan Alor Timur Utara Kecamatan Lembur empat unit, Kecamatan Alor Timur Laut 53 unit dan Kecamatan Alor Selatan 82 unit.
"Kerusakan terparah terjadi di Desa Maritaing, Kolana Selatan, Padang Panjang di Kecamatan Alor Timur dimana sebagian besar rumah rusak," ujarnya dalam siaran pers, Ahad (8/11).
Selain itu ada 51 gedung sekolah, puskesmas, rumah ibadah dan perkantoran rusak. Berdasarkan data sementara kerusakan akibat gempa mencapai Rp 49,75 miliar yang meliputi Sarana jalan, jembatan, dan iigasi Rp 40 miliar; sarana perumahan Rp 4 miliar; sarana pendidikan atau sekolah Rp1,5 miliar; fasilitas ibadah (gereja) Rp 750 juta; bangunan pemerintah atau perkantoran Rp 3,5 miliar.
"Data ini adalah data sementara dari kerusakan bangunan yang ada. Pendataan masih dilakukan," kata Sutopo.
Jarak antar desa berjauhan dan aksesibilitas juga tidak mudah. Beberapa ruas jalan tertutup longsor. Alat berat dan personil TNI dikerahkan membuka jalan. Upaya penanganan darurat terus dilakukan. Tim Reaksi Cepat BNPB mendampingi BPBD Alor dan berkoordinasi dengan BPBD, TNI, Polri dan unsur lainnya.
Kepala BNPB, kata Sutopo, telah menyerahkan dana siap pakai Rp 250 juta untuk operasional darurat kepada BPBD Alor. BPBD Kabupaten Alor dan Polres Alor melakukan pendistribusian kebutuhan logistik ke daerah yang terdampak.
"Kebutuhan mendesak saat ini adalah permakanan, air bersih, pelayanan kesehatan bagi pengungsi, bahan bangunan, MCK, susu, obat-obatan, dan kebutuhan dasar lainnya," ujar Sutopo.