REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Prihatin dengan makin minimnya lahan terbuka produktif di Kota Malang, anak-anak muda dari berbagai kalangan mendirikan Malang Berkebun. Komunitas Malang Berkebun memang tidak terlaku terkenal dibandingkan komunitas lain yang lebih berhaluan life style, seperti komunitas motor hingga penggemar grup musik.
Meski begitu, anak-anak Malang Berkebun tak mau patah arang. Mereka tetap melakukan kegiatan berkebun seperti yang sudah mereka lakukan sejak September 2012 lalu. Hingga kini, setiap Ahad mereka rutin melakukan kegiatan tersebut di sejumlah lokasi di Kota Malang.
"Kan berkebun bisa di mana saja, Kota Malangkan sudah sempit lahan pertaniannya, maka kami mau ajak orang buat berkebun, bisa pakai vertical framing, bisa pakai polybag, bisa pakai barang bekas,"kata Irma salah satu anggota Malang Berkebun saat ditemui dalam Seminar Nasional Lingkungan Hidup: Paradigma Industri dan Lingkungan di Universitas Brawijaya, Ahad (8/11).
Konsep komunitas ini awalnya dari Jakarta Berkebun, dengan memfokuskan kajian urban farming. Menyasar di kota-kota yang memang lahan produktifnya sempit. Irma mengatakan, komunitas Malang Berkebun memiliki tujuan memanfaatkan ruang terbuka yang tidak produktif menjadi lahan produktif.
Selain itu, mereka juga menjadikannya sebagai ruang edukasi melalui berkebun. Tanaman yang ditanam adalah jenis yang produktif dan bisa langsung dimanfaatkan masyarakat, di antaranya sawi, bayam, hingga kangkung.
"Biasanya sayuran, tapi bisa apa aja sih kalau suka bunga yang juga bisa," tambahnya.
Komunitas ini fokus, dengan kebutuhan ruang terbuka publik di Kota Malang, maka lahan yang dikelola Malang Berkebun berfungsi sebagai ruang terbuka hijau, laboratorium, dan ruang kreativitas. Sementara untuk ruang kreativitas, di situ bisa dijadikan ajang berkumpulnya warga untuk melakukan berbagai hal.