REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN -- Paus Fransiskus menyesalkan adanya kebocoran dokumen Vatikan. Ia mengatakan kebocoran dokumen merupakan kejahatan yang menyedihkan. Namun, kejadian ini tidak akan menghentikan reformasi di Vatikan.
"Saya ingin memberitahu Anda bahwa fakta yang menyedihkan ini pasti tidak akan mengalihkan perhatian saya dari pekerjaan reformasi yang bergerak maju dengan bantuan pembantu saya dan dukungan dari kalian semua," katanya kepada puluhan ribu orang di Lapangan Santo Petrus seperti dilansir Reuters, Ahad (8/11).
Pekan lalu, Vatikan menangkap dua orang yang diduga telah membocorkan dokumen vatikan. salah satunya seorang wanita Italia yang bekerja di bidang Humas (PR). Mereka diduga membocorkan dokumen kepada penulis buku.
Keduanya adalah anggota komisi yang dibentuk oleh Paus Fransiskus. Mereka bertugas untuk menasehati Paus tentang reformasi keuangan dan administrasi di gereja.
"Mencuri dokumen-dokumen adalah kejahatan, Itu adalah tindakan tercela yang tidak membantu," katanya.
Kebocoran dokumen tersebut merupakan ketiga kalinya dalam tahun ini. Pada Juni lalu, laporan Vatikan tentang lingkungan bocor sebelum publikasi. Sedangkan, pada Oktober, surat pribadi dari 13 kardinal berisi keluhan tentang pertemuan uskup yang membahas isu keluarga bocor dan kemudian diterbitkan majalah Italia.
Sejumlah pengamat Italia mengatakan kebocoran dokumen disertai laporan palsu dalam koran Italia yang mengatakan Paus memiliki tumor otak merupakan bagian dari gerakan kelompok konservatif untuk melemahkan Paus Fransiskus. Hal itu dinilai untuk menunjukkan Paus tidak bisa mengendalikan 1,2 miliar anggota Gereja Katolik.
Penahanan pejabat Vatikan tersebut merupakan yang pertama sejak Paolo Gabriel, pelayan Paus Benediktus ditahan pada 2012 karena mencuri dokumen dari meja kerja Paus. Salah satu buku yang diterbitkan pekan lalu merupakan karya wartawan Italia Gianluigi Nuzzi yang berjudul "Dia yang Kudus", didasarkan pada dokumen dari Gabriel.