REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kowani dan lima organisasi wanita lainnya menyusun buku pedoman bagi perempuan Indonesia. Buku ini sebagai acuan dalam advokasi untuk penurunan angka kematian ibu (AKI).
Menurut Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto Wiyogo karya akademis ini sebagai bagian dari upaya penyelamatan generasi bangsa.“Saya sebagai ketua umum Kowani menyambut gembira penerbitan panduan yang bertujuan untuk menyelamatkan generasi bangsa,” tutur dia.
Menurut dia, melalui buku ini Kowani ingin mewujudkan visi dan misi organisasi, yaitu meningkatkan kepedulian terhadap perlindungan hak wanita dan anak yang dijalankan pada kepedulian bersama. “Ini untuk membentuk landasan bersama hasil Kongres Kowani yang menyatakan bahwa Kowani berfokus antara lain pada bidang Kesehatan. Yakni, pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta penurunan angka kematian ibu dan bayi,” ujar mantan Ketua KPAI ini.
Dia mengingatkan sejarah bahwa Kongres Wanita Indonesia adalah organisasi wanita terbesar yang mempunyai anggota 52 juta wanita. Dimana Kowani adalah organisasi yang mempunyai sistem grass root atau akar rumput dan bekerja sama dengan Badan Kerja Sama Organisasi Wanita (BKOW) di seluruh tingkat provinsi.
"Sehingga sangat tepat bila dilibatkan sebagai corong, agen, pelopor, dan motor untuk menekan dan menurunkan AKI,” ucap aktivis perempuan yang pernah menjadi Waketum Perempuan Partai Golkar ini.
Kowani, lanjut dia, sangat mendukung kerja sama dengan bersinergi dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, organisasi kemasyarakatan, organisasi wanita, dunia usaha. Selain itu tokoh agama, tokoh masyarakat, akademisi (lembaga pengabdian masyarakat perguruan tinggi), para stakeholder dan peran seluruh masyarakat dalam pelaksanaan penurunan AKI.
Ia berharap, dengan buku ini peran dan partisipasi organisasi wanita dapat memberikan kontribusi, pertama, pada peningkatkan kesadaran agar tahu, mau, dan mampu berperan serta dalam kesehatan reproduksi (kespro).
Kedua, membangun jejaring kemitraan dengan semua pihak, baik pemerintah dan lainnya. Ketiga, bertindak sebagai katalisator di organisasinya dan di masyarakat sekitarnya pada umumnya. Keempat, membangun budaya proaktif sehingga kondusif untuk kespro.