REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam sepekan diguncang gempa sebanyak 21 kali. Guncangan gempa tersebut tersebar di tujuh kabupaten di provinsi kepulauan itu.
Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas I Kupang Sumawan, mengatakan, walaupun diguncang sebanyak 21 kali namun kekuatam gempa berbeda-beda. Ada yang dimulai dari 3,4 skala richter (SR) sampai dengan 6,2 SR. "Gempa terbesar terjadi di Kabupaten Alor dengan kekuatan 6,2 SR pada Rabu (4/11) pekan lalu. Sementara sisanya hanya gempa-gempa dengan intensitas yang kecil," katanya Senin (9/11).
Ia menyebutkan tujuh kabupaten tersebut adalah Kabupaten Alor yang hingga saat ini masih diguncang gempa, Timor Tengah Selatan (TTS), Timor Tengah Utara (TTU), Kabupaten Kupang, Ende, Sumba Barat Daya, serta Manggarai Barat. Namun dari tujuh kabupaten tersebut, gempa yang terjadi tidak ada yang berdampak tsunami.
Untuk gempa Alor sendiri dari data yang diperoleh, sampai pagi tadi gempa susulan dengan kekuatan 4.0 SR masih terus terjadi. Lokasinya terdapat di 8.09 lintang selatan (LS)-125.29 bujur timur (BT) yang terdapat di 68 kilometer Timor Laut Alor dengan kedalaman 10 kilometer.
"Jika dihitung sampai saat ini sudah ada 15 kali gempa yang terjadi di Alor, sedangkan di enam kabupaten lainnya masing-masing terjadi satu kali," ujarnya.
Ia menambahkan, gempa yang mengguncang tujuh kabupaten ini semuanya tergolong gempa tektonik. Hanya, terdapat perbedaan lempeng yang bergeser antara satu daerah dan daerah lainnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, untuk Kabupaten Alor, gempa yang terjadi disebabkan pergeseran lempeng yang sama dengan lempeng Pulau Wetar, Kabupaten Sikka, Ende, serta sebagian kabupaten di Pulau Timor. Sementara itu, gempa di Manggarai Barat terjadi karena pergeseran lempeng yang sama dengan lempeng di Sumba dan sebagian Nusa Tenggara Barat. "Kalau lempengan Australia itu mulai dari Papua, Maluku, sebagian Alor, Timor, Sumba bagian Selatan, NTB, hingga Bali," kata Sumawan.
Menurut data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan kerugian sementara akibat gempa berkekuatan 6,2 SR tersebut mencapai Rp 49,8 miliar. Karena gempa menghancurkan rumah warga serta fasilitas umum di lima kecamatan dan 18 desa.