REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di masa jahiliah, sangat sedikit orang mampu membaca dan menulis, apalagi mempelajari dunia kedokteran. Asy-Syifa binti Abdullah bin Abdusy Syams bin Khalaf bin Syadad al-Qarsyiyah al ‘Adwiyah adalah salah satu dari orang langka tersebut.
Namanya Laila. Ia dikenal dengan sebutan asy-Syifa, sebab Allah memberi jalan kesembuhan bagi beberapa orang melalui dirinya. Ia juga dijuluki sebagai Ummu Sulaiman.
Asy-Syifa menikah dengan Abu Khatsmah bin Hudzaifah bin Amir al-Qursyi al-‘Udwi. Ia pemeluk Islam dari kaum Muhajirin, sejak awal masa penyebaran. Ia berbai’at langsung kepada Rasulullah SAW.
Penyebaran Islam berawal dari Gua Hira’. Islam menyebar menyinari kota Makkah dan sekitarnya. Ia membuka hati orang-orang beriman untuk mengikuti jalan yang yang ditunjukkan oleh Allah SWT melalui Rasul-Nya.
Kedatangan Islam mengangkat derajat banyak orang. Mereka yang dulunya tidak begitu dikenal menjadi agung kedudukannya. Namanya bergaung, baik dari kalangan laki-laki maupun perempuan.
Asy-Syifa tercatat sebagai salah seorang ulama wanita generasi pertama. Ia bersama orang-orang Muslim generasi pertama bersabar menanggung siksaan kaum Quraisy. Ia lalu ikut hijrah dari Makkah ke Yatsrib.
Allah SWT memberikan karunia-Nya kepada asy-Syifa dengan akal yang kuat dan ilmu yang bermanfaat. Ia merupakan salah satu dari sedikit sahabat Rasulullah SAW yang bisa membaca dan menulis. Ia juga diberi kemampuan dapat meruqyah di masa jahiliah.
Suatu hari Rasulullah SAW datang ketika ia sedang bersama Hafshah. Beliau bersabda, “Tidakkah engkau mengajarinya cara meruqyah penyakit namlah sebagaimana engkau mengajarinya tulis-menulis?”
Sejak masuk Islam, ia tidak mau meruqyah kecuali dengan izin dari Rasulullah SAW. Oleh karena itu, ia berkata, “Wahai Rasulullah SAW, sesungguhnya aku telah meruqyah dengan cara meruqyah orang jahiliah dan aku ingin menunjukkannya kepadamu.” “Tunjukkanlah,” jawab Rasulullah SAW.