Selasa 10 Nov 2015 19:28 WIB

Menlu Enggan Komentari Lagi Isu Broker Kunjungan Jokowi ke AS

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Bayu Hermawan
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia, Retno Marsudi enggan memberikan komentar lagi, terkait isu adanya peran lobbyist dalam pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Presiden AS Barack Obama. Diisukan jasa pelobi itu mendapat bayaran sebesar 80 ribu dolar AS.

Retno memilih tidak berkomentar lebih jauh mengenai penjelasan Kemenlu terkait kalimat kontrak sewa firma lobi R&R mengatas namakan pemerintah Indonesia, menyebut nama Jokowi dan menggelontorkan 80 ribu dolar AS.

"Keterangan dari Kementerian Luar Negeri sudah jelas saya kira. Terima kasih," katanya melalui pesan singkat kepada Republika.co.id, Selasa (10/11) petang.

Sebelumnya, Kemenlu melalui siaran pers resminya menyatakan bahwa isu tersebut tidak benar. Pemerintah Indonesia tidak menggunakan jasa pelobi dalam mengatur dan mempersiapan kunjungan Presiden ke AS.

(baca: Menlu: Pertemuan Jokowi dan Obama tidak Gunakan Jasa Broker)

"Kementerian Luar Negeri juga tidak pernah mengeluarkan anggaran Kementerian untuk jasa pelobi. Namun, memahami bahwa penggunaan jasa pelobi merupakan bagian nyata dari dunia politik di AS dan seringkali digunakan oleh pemangku kepentingan dan Pemerintah negara-negara lain di dunia untuk memajukan kepentingan mereka di AS," tulis siaran pers tersebut, Sabtu (7/11).

Kemenlu menyatakan kunjungan Presiden Jokowi ke AS adalah atas undangan Presiden Obama yang disampaikan langsung pada saat pertemuan bilateral di sela-sela konferensi tingkat tinggi (KTT) APEC 2014 di Beijing, Cina, pada 10 November 2014.

Pihak Kemenlu menyatakan Jadwal Presiden Jokowi serta perhatian beliau akan berbagai isu penting dan mendesak mengakibatkan undangan ini baru dapat dipenuhi pada tanggal 25-27 Oktober 2015.

Kemenlu menyatakan persiapan intensif ini memungkinkan ditandatanganinya lebih dari 18 perjanjian bisnis senilai lebih dari 20 miliar dolar AS dan sejumlah nota kesepahaman antara Pemerintah AS dan Indonesia.

"Kunjungan ini juga meningkatkan hubungan kedua negara menjadi mitra yang lebih strategis," tulisnya lagi.

(baca juga: Buehler Unggah Dokumen Asli Dugaan Broker Pertemuan Jokowi-Obama)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement